Mimo Cycling Menaikkan Kualitas Bersepeda dan Kehidupan Sosial
Mimo Cycling Indonesia. Nama yang lucu dan unik. Ada kesan cute-nya. Maklum, semua anggota Mimo Cycling adalah perempuan penggila gowes asal Malang, Jawa Timur.
“Mimo itu bahasa Cekoslovakia. Artinya go beyond atau lebih. Jadi kita ingin anggota kita ini bisa lebih maju, lebih bagus. Pokoknya serba lebih yang positif di bidang gowes dan kehidupan sosial,” kata Stevani Krisma, salah satu penggagas Mimo Cycling Indonesia.
Sebenarnya Stevani dan kawan-kawan ini bukan cyclist baru. Mereka adalah anggota komunitas gowes terbesar Malang, Ratjoen Cycling Community (RatjoenCC).
Nah, karena kesamaan visi, misi, dan tentu gender akhirnya membuat mereka menyatu di Mimo Cycling. “Mimo Cycling ini di bawah naungan RatjoenCC. Kita juga masih sering gowes bareng mingguan,” ujarnya.
Saat ini, Mimo Cycling sudah berkembang. Awalnya hanya sekitar 15 cyclist, tapi Claudia Yuli, salah satu anggota Mimo Cycling aktif menggaet anggota.
“Saya sering mencegat cyclist perempuan dan menawari untuk ikut komunitas kami. Apalagi di masa pandemic, banyak cyclist perempuan baru. Sekarang anggota kami sudah 25 cyclist,” tutur Claudia yang menjabat sebagai wakil ketua Mimo Cycling.
Sama seperti komunitas sepeda lain. Setiap hari Sabtu mereka memiliki jadwal gowes. Start dari Universitas Brawijaya depan jembatan Soehat. Mayoritas rute mereka adalah rute menanjak. Maklum, mereka tinggal di kawasan pegunungan.
“Tidak gampang cari rute flat di Malang ini. Keluar rumah sedikit udah nanjak,” tukas Uzza Dewanti, salah satu anggota Mimo Cycling. Tapi itulah yang jadi andalan cyclist Malang raya.
Pasalnya, di mana ada tanjakan pasti ada pemandangan indah yang menyertainya. “Enak banget di Malang. Tidak perlu jauh kira-kira 60an km pergi pulang sudah bisa gowes nanjak. Latihan ketinggian elevasi bisa dapat. Rute flat-nya juga dapat. Terpenting refreshingnya dan sejuknya dapat banget,” tutur Stevani yang menggunakan sepeda Specialized ini.
Sesuai dengan motto utama, Mimo yang artinya go beyond. Rina Harjianto, salah satu anggota Mimo Cycling sangat peduli dengan sesama. “Kita sadar kemampuan cyclist perempuan ini beda-beda. Tapi kita ingin semuanya jadi lebih baik gowesnya. Jadi kita sabar dan terus memberi semangat,” tutur bendahara Mimo Cycling ini.
Tak jarang, selain Rina, Franciska Lindasari, salah satu anggota senior Mimo Cycling juga harus sabar menahan omelan anggota yang gowesnya pelan saat nanjak.
“Biarin saja ngomel, yang penting saya kasih semangat terus. Akhirnya bisa lulus tanjakan itu. Dan yang bangga adalah dia sendiri. Saya juga puas bisa membuatnya jadi lebih baik dalam latihan climbing,” tawa Franciska.
Banyak cerita seru dan lucu saat Mimo Cycling “mendorong” anggotanya agar jadi lebih baik dalam gowes. Pernah ditipu akan ada makanan pangsit mie enak. Atau diimingi rujak agar mau nanjak Junggo.
“Bahkan ada yang sudah menyerah saat nanjak ke Kebon Teh Wonosari, lalu diimingi-imingi pemandangan spektakuler untuk foto. Baru akhirnya mau lanjut gowes dan bisa finis,” bilang Herlina Tedy, salah satu anggota Mimo Cycling yang juga sangat sabar menemani cyclist baru.
Yang terpenting sesuai motto awal, komunitas ini ingin semua cyclist bisa percaya diri bahwa dirinya bisa melewati batas kemampuan. Tentu harus diikuti dengan latihan rutin dan kemauan tinggi.
“Seperti pencapaian terbesar baru-baru ini. Menyelesaikan gowes Rapha Challenge 100 km. Jadi cari rute lewat Tumpang, Turen, Kepanjen, Malang dalam waktu kurang dari empat jam! Padahal itu ada nanjaknya setinggi 600 meter. Itu pencapaian banget untuk kita. Membuat kita bangga serta percaya diri atas kemampuan kita,” tutur Herlina.
Selain sabar mengajari gowes dan climbing, beberapa anggota Mimo cycling senior juga aktif mengikuti even. Terutama even-even nasional. Bahkan beberapa dari merekapun bisa meraih podium.
Sebut saja, Yosvina Agustino menduduki juara kedua di Tour de Manado 2018. Tak hanya itu, secara tim Mimo Cycling pernah juara satu di kelas female even 144 Twelve Squared Bali 2019. “Waktu itu anggotanya adalah Siska, Rina, Yosvina, dan Stevani,” imbuh Herlina.
Rina Harjianto juga pernah menyabet juara tiga QOM Female even Tour de Ambarukkmo. “Gowes nanjak Bromo KOM Challenge pun mengharumkan nama Mimo Cycling via Herlina yang juara dua dan Rina Harjianto yang menduduki juara tiga,” bilang Stevani.
Selepas gowes, anggota Mimo cycling ini sering bertemu. Biasanya ngopi bareng atau hang out di café seputaran Malang. “Tentunya banyak yang kita bahas. Tidak hanya soal gowes. Yang pasti kalo anggota Mimo Cycling bertemu ramainya seperti pasar pindah,” bilang Claudia lantas tertawa lebar.
Tentu, saat nongkrong pun Herlina, Rina, dan anggota Mimo Cycling lainnya tetap mengutamakan motto utama yaitu menjadi lebih baik. Dalam kehidupan pertemanan sosial dan pribadi.
Advertisement