Militer Makin Represif, Dua Tewas saat Protes Kudeta Myanmar
Dua orang tewas di kota kedua Myanmar, Mandalay, ketika polisi dan tentara mengeluarkan tembakan untuk membubarkan protes terhadap kudeta militer 1 Februari. Menurut pekerja kedaruratan, insiden Sabtu 20 Februari 2021, itu menjadi hari paling berdarah dalam lebih dari dua minggu demonstrasi.
Para pengunjuk rasa turun ke jalan di kota-kota di seluruh Myanmar diikuti di antaranya etnis minoritas, penyair, rapper, dan pekerja transportasi yang menuntut diakhirinya kekuasaan militer dan pembebasan penahanan pemimpin terpilih Aung San Suu Kyi dan lainnya.
Ketegangan meningkat dengan cepat di Mandalay di mana polisi dan tentara menghadapi pekerja galangan kapal yang mogok dan pengunjuk rasa lainnya.
Beberapa demonstran menembakkan ketapel ke arah polisi saat mereka kucing-kucingan di jalan-jalan tepi sungai. Polisi menanggapi dengan gas air mata dan tembakan, dan para saksi mata mengatakan mereka menemukan selongsong peluru tajam dan peluru karet di tanah.
"Dua puluh orang terluka dan dua lainnya tewas," kata Ko Aung, pemimpin relawan layanan kedaruratan Parahita Darhi, seperti dikutip Reuters, Minggu 21 Februari 2021.
Seorang pria meninggal karena luka di kepala, menurut pekerja media Lin Khaing, asisten editor outlet media Voice of Myanmar di kota itu, dan seorang dokter sukarelawan mengatakan.
Ko Aung dan dokter mengatakan orang kedua ditembak di dada dan meninggal kemudian karena lukanya. Dia diidentifikasi oleh kerabatnya sebagai Thet Naing Win, seorang tukang kayu berusia 36 tahun.
“Mereka membawa mayatnya ke kamar mayat. Saya tidak bisa membawanya pulang. Meskipun suami saya meninggal, saya masih memiliki putra saya,” kata istrinya, Thidar Hnin, kepada Reuters melalui telepon.
“Saya belum pernah terlibat dalam gerakan ini, tetapi sekarang saya akan ... saya tidak takut sekarang.”
Beberapa pengunjuk rasa lainnya yang terluka dibawa dengan tandu oleh petugas medis sukarela, pakaian mereka berlumuran darah.
Polisi tidak dapat dihubungi untuk dimintai komentar.
Seorang pengunjuk rasa wanita muda, Mya Thwate Thwate Khaing, meninggal pada hari Jumat setelah ditembak di kepala minggu lalu ketika polisi membubarkan kerumunan di ibu kota, Naypyitaw, kematian pertama di antara para demonstran anti-kudeta.
Militer mengatakan seorang polisi tewas karena luka-luka yang dideritanya.
Advertisement