Militer AS Kembalikan Tiga Lonceng Rampasan Perang 100 Tahun Lalu
Militer Amerika Serikat setuju untuk mengembalikan tiga lonceng gereja hasil rampasan perang lebih dari 100 tahun lalu ke Filipina. Langkah AS ini dilakukan setelah sebelumnya Presiden Filipina Rodrigo Duterte terus mendesak agar tiga lonceng itu segera dikembalikan.
Pada pidato kenegaraan tahun lalu, Duterte lantang meminta kembali lonceng ini. Pada tahun 1998, presiden Filipina Fidel Ramos juga telah berusaha membujuk Washington, namun gagal.
"Kembalikan lonceng-lonceng Balangiga. Itu bukan punya kalian. Itu punya kami. Punya Filipina. Lonceng-lonceng itu bagian dari warisan nasional kami," kata Duterte.
Mengutip Antara, pengembalian lonceng gereja Kota Balangiga itu diumumkan Kedutaan Besar AS di Filipina pada Minggu 12 Agustus 2018 kemarin.
"Kami mendapatkan jaminan lonceng-lonceng itu akan dikembalikan ke Gereja Katolik dan diperlakukan dengan penuh hormat," kata Molly Koscina, juru bicara Kedutaan Besar AS di Manila.
Tiga lonceng itu dirampas tentara Amerika Serikat di kota Balangiga bagian timur kota Samar pada 1901. Kini, dua lonceng gereja itu dipasang di monumen peringatan tentara korban perang di negara bagian Wyoming, sementara lonceng ketiga disimpan tentara AS di Korea Selatan.
Amerika merebut Filipina dari Spanyol usai perang Spanyol-Amerika pada 1889. Filipina mendeklarasikan kemerdekaannya dari AS pada 1946.
Peperangan di Samar disebut sebagai peristiwa paling brutal dalam kolonialisme AS di Filipina.
Peristiwa yang dikenal sebagai Pembantaian Balangiga itu terjadi pada 28 September 1901, dipicu pembunuhan 34 tentara AS oleh warga Filipina. Sehari setelahnya, kota itu diratakan dengan tanah. (ant)