Milenial Banyak Terjebak Investasi Bodong, Ini Kata Pakar Unair
Gairah kebangkitan ekonomi masyarakat Surabaya, terutama kalangan anak-anak muda terus berkembang. Salah satunya berinvestasi. Banyak anak milenial mulai menggeluti dunia investasi. Meski, banyak juga yang terjebak antara investasi bodong dan judi online.
Fenomena ini juga tergambar dalam sebuah video TikTok yang diunggah oleh @kokohkembar, influencer asal Surabaya. Video dengan tag #CuanGarisKeras, yang telah ditonton lebih dari 2 juta kali, menyoroti fenomena menarik di kalangan pemuda Surabaya.
Dalam video tersebut duo @kokohkembar, Arthur dan Billy, bertanya kepada sejumlah orang mengenai opini tentang potensi keuntungan antara saham dan judi online. Meskipun responden telah memahami potensi keuntungan dari saham, namun masyarakat lebih banyak yang tertarik dengan judi online. Judi online dianggap cara cepat untuk mendapatkan cuan.
Menariknya, komen-komen di video tersebut banyak yang memberikan opini sebaliknya. Fenomena ini menggambarkan sebuah dilema yang dihadapi generasi muda dalam memilih jalur untuk menumbuhkan keadaan keuangannya.
Ditambah lagi, Otoritas Jasa Keungan (OJK) melaporkan bahwa walaupun inklusi keuangan di Jawa Timur berada di angka 92,99 persen, namun literasi keuangan hanya berada di tingkat 55,32 persen, artinya tingkat literasi masih rendah. Hal ini membuka celah bagi praktik investasi bodong dan judi online yang merugikan banyak orang.
Dosen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga (FEB Unair), Prof. Rossanto Dwi Handoyo menegaskan, di era digital yang semakin merambah ke semua sektor, teknologi bisa memudahkan siapa saja tetapi juga perlu diwaspadai.
Katanya, teknologi menghadirkan banyak instrumen keuangan yang memberikan pilihan yang lebih banyak bagi setiap orang untuk berinvestasi, tapi tentunya instrumen investasi ini juga harus diwaspadai.
“Sebetulnya investasi itu sesuatu yang normal. Dunia pasar modal, dunia keuangan, dan sebagainya itu sudah normal. Hanya memang tren investasi yang sekarang ini muncul membuat orang semakin inovatif dan kreatif melihat kelemahan-kelemahan yang selama ini sudah berjalan," paparnya.
Ia mengimbau masyarakat untuk meng-update informasi kredibel dari lembaga-lembaga resmi, seperti OJK, seiring dengan kesadaran generasi muda Surabaya terhadap investasi yang semakin meningkat di tengah maraknya sumber potensi cuan menggiurkan.
Rossanto mengingatkan, pentingnya mengetahui bagaimana rekam jejak dari perusahaan yang akan menjadi tujuan investasi. "Paling penting untuk diperhatikan adalah apakah perusahaan penanaman modal itu tercatat di OJK atau tidak. Penting pula memperhatikan bagaimana sistem audit dari perusahaan itu," katanya.
Ia mencontohkan, ada lembaga baru yang tidak diketahui ternyata di Indonesia belum pernah diaudit, kemudian menjanjikan tingkat keuntungan yang tinggi.
"Yang seperti ini, menurut saya perlu dicurigai. Pengalaman atau track record dari institusi keuangannya itu perlu dilihat. Secara umum, kalau capital gainnya bisa memberikan keuntungan kepada investor, ya itu berarti kemampuan lembaga investasi tersebut adalah kredibel,” tegasnya.
Sebagai informasi, investasi semakin tumbuh pesat di Kota Surabaya. Walikota Surabaya, Eri Cahyadi, mengungkapkan, investasi penanaman modal di Kota Pahlawan mencapai angka Rp 19,919 triliun pada semester pertama tahun 2023. Ini termasuk investasi dari modal asing, dalam negeri, dan usaha mikro kecil.
Seiringnya pertumbuhan ekonomi lokal, masyarakat juga mencoba meningkatkan ekonomi pribadi. OJK juga mencatat pertumbuhan investor yang signifikan di Jawa Timur.
Saat ini di Jawa Timur, jumlah investor saham meningkat menjadi 648.911 atau naik 20,86 persen year-on-year. Investor reksa dana meningkat menjadi 1.412.607 atau naik 22,86 persen year-on-year. Angka ini menunjukkan bahwa masyarakat Surabaya semakin antusias dalam berinvestasi di pasar modal.
Advertisement