Miftahul Jannah Tak Sendiri, 3 Atlet Juga Pernah Ditolak Berhijab
Larangan atlet berhijab atau memakai penutup kepala di nomor cabang olahraga blind judo, terdapat di aturan IBSA (International Blind Sport Federation) dan International Judo Federation (IJF).
"Sebab ada beberapa teknik judo yang bisa membahayakan nyawa, bahkan berpotensi dimanfaatkan lawan untuk mencekik leher dengan menarik hijab," jelas Penanggungjawab tim para-judo Indonesia, Ahmad Bahar.
Pemberitahuan larangan penggunaan jilbab sudah dilakukan saat technical meeting pertandingan, Minggu 7 Oktober 2018.
Aturan inilah yang membuat atlet Judo Indonesia berhijab, Miftahul Jannah, didiskulifikasi dari nomor 52 Kg kategori low vision, di JIEXPO Kemayoran, Senin 8 Oktober 2018.
Pejudo asal Aceh ini menolak melepas hijab saat akan melawan judoka Mongolia, Oyun Gantulga.
Miftahul Jannah sedih. Ia sudah berlatih selama 10 bulan dan mengalami cidera. Tapi ia tak sendiri. Sebelumnya, ada atlet hijabers yang ditolak berlaga di ajang internasional. Bahkan, ada satu tim yang gagal bertanding demi mempertahankan hijab.
1. Wojdan Ali Seraj Abdulrahim Shaherkani
Wojdan Ali Seraj Abdulrahim Shaherkani adalah satu dari dua atlet judo perempuan pertama, yang dikirim Arab Saudi untuk tampil di Olimpiade 2012.
Wanita berhijab ini bisa terus bertanding di kelas 78 kilogram karena ada kesepakatan antara Federasi Judo Internasional dengan Komite Olimpiade Internasional (IOC) serta Komite Olimpiade Arab Saudi.
Presiden International Judo Federation (IJF), Marius Vizer, mengatakan bahwa Shaherkani harus berkompetisi tanpa menggunakan jilbab untuk mematuhi 'prinsip dan semangat judo'.
Shaherkani pun melepas hijab dan menggantinya dengan penutup kepala. Ia juga mengenakan manset hingga sebatas leher untuk dalaman bajunya.
2. Amaiya Zafar
Federasi tinju Amerika Serikat (AS) menolak keikutsertaan petinju putri Amaiya Zafar. Dia didiskualifikasi karena mengenakan hijab, pelapis berlengan panjang, dan legging melapisi kostum tandingnya.
Pengalaman tak mengenakkan itu menimpa Amaiya Zafar pada November 2016. Ia telah mempersiapkan diri dengan berlatih selama dua tahun. Namun usahanya d kampung halaman Oakdale, Minnesota itu, sia-sia. Ia ditolak di kejuaraan tinju Sugar Bert Tournament di Kissimmee, Florida.
Direktur Eksekutif USA Boxing Mike Martino tidak mengatakan kostum itu sebagai larangan karena agama. Tapi, laranagn itu muncul dengan pertimbangan faktor keamanan.
"Ini terkait faktor keamanan. Kalian menutup lengan dan kaki yang bisa jadi menutupi cedera. Nah, kalau nanti ada yang cedera dalam pertandingan, wasit tidak bisa melihatnya," kata Martino seperti dikutip ESPN.
Bukan hanya US Boxing yang melarang pemakaian kostum ala Amaiya itu. Asosiasi Tinju Internasional (AIBA) juga menyebut kalau hijab dan pakaian tertutup dilarang dengan pertimbangan potensi bahaya.
3. Tim Basket Putri Qatar
Kenyataan serupa juga pernah dituai tim nasional basket putri Qatar yang tampil pada Asian Games 2014.
Mereka didiskualifikasi karena para pemainnya bersikukuh tampil dengan memakai hijab saat bertanding dengan Mongolia pada 24 September 2014.
Federasi Basket Internasional (FIBA) mengatur pemain tidak boleh mengenakan penutup kepala selama pertandingan dengan alasan menghindari potensi mencederai lawan.
Para pemain Qatar menolak melepas hijab karena bertentangan dengan keyakinan mereka.
Sampai saat ini, peraturan itu masih terus diperdebatkan, Sejumlah komunitas meminta agar larangan itu dicabut. (yas)