Meski Kemarau, Jawa Timur Diprediksi Diterpa 'Bediding'
Seluruh wilayah di Jawa Timur disebut telah memasuki musim kemarau. Namun pada saat yang bersamaan, kawasan di timur Pulau Jawa ini diprediksi akan diterpa hawa dingin dan angin kencang.
Kasi Data dan Informasi BMKG Juanda, Teguh Tri Susanto menyebut, suhu pada siang hari di Jatim akan cenderung kering dan panas. Namun pada malam harinya suhu menajadi dingin, dan puncaknya pada dini hari.
"Masyarakat menyebut kondisi ini dengan istilah 'bediding'," kata Teguh, saat dikonfirmasi, Senin 24 Juni 2019.
Teguh menyebut, salah satu faktor penyebabnya adalah, saat musim kemarau berhembus angin muson timur-tenggara yang membawa masa udara dari Benua Australia yang memiliki sifat kering dan dingin.
"Secara ilmiah suhu dingin tersebut terjadi lantaran, pada saat musim kemarau, bumi cenderung cerah dan tak berawan, hal itu menyebabkan radiasi panas matahari yang diterima bumi bisa langsung dipancarkan kembali ke luar angkasa, tanpa tertutup awan di malam harinya," jelas Teguh.
Analogi paling mudahnya itu, lanjut Teguh, musim kemarau tidak ada awan. Ketika malam hari, bumi melepaskan suhu panasnya akan semakin banyak, semakin sering melepaskan reaksi bumi ke angkasa tanpa ada tertutup awan.
"Kalau ada awan ini kan kembali ke bumi. Nah paling gampangnya, kayak kita habis masak kopi, kopinya ditutup pakai penutup, sama dengan kopi tidak pakai penutup, panasnya akan lebih lama, tapi ketika dilepas penutupnya (kopi) akan lebih cepat dingin," tambah Teguh.
Teguh meminta masyarakat untuk tak terlalu membesarkan-besarkan suhu dingin yang sudah beberapa hari ini dirasakan di Jawa Timur. Sebab hal ini adalah fenomena yang sudah biasa.
Kondisi ini akan berlangsung selama beberapa bulan ke depan, dari Juni hingga Agustus. Selama itu pula, curah hujan diprediksi akan cenderung menurun, dan hanya menyisakan hujan lokal di daerah dataran tinggi atau pegunungan saja.
"Jadi dampaknya, hujan yang terjadi itu akan cenderung tidak ada, pembentukan awan yang untuk hujan juga sudah kecil, kecuali daerah tertentu yang relatif sifatnya lokal misalnya lereng pegunungan, daerah pegunungan," kata Teguh.
Kendati demikian, ia mengimbau agar masyarakat tetap waspada terhadap potensi peningkatan atau meningginya gelombang laut, dan angin kencang yang bersifat lokal di daerah Pasuruan dan Probolinggo.
"BMKG Juanda mengimbau kepada masyarakat Jatim agar tetap menjaga kesehatan akibat oerbedaan suhu siang dan malam. Bagi masyarakat pesisir serta pengguna transportasi laut waspadai gelombang tinggi," pungkasnya. (frd)
Advertisement