Meski Kalah Pilpres, Trump Masih Nafsu Menyerang Iran
Meskipun sudah kalah pemilihan presiden awal bulan ini, Presiden AS Donald Trump masih punya keinginan untuk menyerang Iran. Trump pada pekan lalu sempat mengajukan opsi untuk menyerang situs nuklir utama milik Iran. Namun akhirnya memutuskan untuk tidak jadi mengambil langkah yang tiba-tiba itu, demikian menurut seorang pejabat pemerintahan AS, kemarin.
Trump membuat permintaan tersebut ketika melakukan rapat di Kantor Oval pada Kamis 12 November, bersama sejumlah pejabat keamanan negara, termasuk Wakil Presiden Mike Pence, Menteri Luar Negeri Mike Pompeo, Pejabat Menteri Pertahanan Christopher Miller, Jenderal Mark Milley, dan ketua dari Kepala Staf Gabungan.
Permintaan itu diajukan dalam sisa waktu dua bulan masa jabatan Trump, sebelum ia harus menyerahkan kekuasaan kepada Presiden AS Terpilih, Joe Biden, pada 20 Januari 2021--meskipun hingga saat ini Trump masih menolak mengakui hasil pemilu.
Sumber pejabat pemerintahan AS mengonfirmasi, para penasihat yang ikut rapat itu membujuk Trump agar tidak mengambil keputusan penyerangan karena berisiko menimbulkan konflik yang lebih luas. Dan risiko itu nantinya yang menanggung adalah pemerintahan Joe Biden. Awalnya Trump tidak peduli.
"Presiden Trump mengajukan opsi. Tapi para penasihat Trump memaparkan skenario dan ia akhirnya memutuskan untuk tidak melanjutkan hal itu," ujar pejabat tersebut. Gedung Putih menolak berkomentar mengenai hal ini.
Selama empat tahun kepemimpinan, Trump telah mengambil kebijakan yang agresif untuk menentang Iran, keluar dari perjanjian nuklir Iran pada 2018--yang dinegosiasikan oleh Presiden Barack Obama, serta menjatuhkan sanksi ekonomi yang menarget Iran.
Pada Januari lalu, Trump memerintahkan serangan drone di bandara Baghdad, yang menewaskan pemimpin militer Iran, Jenderal Qassem Soleimani.
Setelahnya, Trump menghindari konflik militer yang lebih luas lagi serta berupaya menarik pasukan AS dari sejumlah titik konflik dunia dengan berjanji menyudahi hal yang ia sebut "perang tak berujung".
Dan jika jadi dilakukan, serangan AS ke situs nuklir utama Iran di Natanz dapat menimbulkan konflik di kawasan serta memberikan tantangan serius bagi kebijakan luar negeri Joe Biden nantinya.
Tim transisi pemerintahan Biden, yang saat ini belum mempunyai akses terhadap sistem keamanan nasional karena penolakan Trump untuk masa peralihan kekuasaan, menolak berkomentar mengenai hal ini. (ant/rtr)