Mesin Sriwijaya Air Diduga Menyala Saat Jatuh di Laut
Pesawat Sriwijaya Air SJ-182 disebut tidak meledak di udara. Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) menduga jika mesin pesawat dalam kondisi hidup, ketika pesawat dengan 62 penumpang itu terjatuh di sekitar Pulau Lancang dan Pulau Laki di Kepulauan Seribu.
Sejumlah argumen disampaikan KNKT untuk menarik kesimpulan tersebut. Berdasarkan data radar (ADS-B) dari Perum LPPNPI (Airnav Indonesia), diketahui pesawat mengudara pada pukul 14.36 WIB, terbang menuju arah barat laut dan pada pukul 14.40 WIB pesawat mencapai ketinggian 10.900 kaki, tercatat pesawat mulai turun dan data terakhir pesawat pada ketinggian 250 kaki.
"Terekamnya data sampai dengan 250 kaki, mengindikasikan bahwa sistem pesawat masih berfungsi dan mampu mengirim data," kata Ketua KNKT, Soerjanto Tjahjono, dalam keterangan tertulis, Selasa 12 Januari 2021.
Selain itu, berdasarkan dara dari KRI Rigel, ditemukan pula serpihan yang memiliki lebar 100 meter dan panjang 300-400 meter. Temuan di lapangan ini menguatkan dugaan bahwa pesawat tidak meledak di udara. "Luas sebaran ini konsisten dengan dugaan bahwa pesawat tidak mengalami ledakan sebelum membentur air," kata Soerjanto, dilansir dari Detik.
Sedangkan, dari analisis temuan Basarnas dari lokasi jatuhnya pesawat, terdapat bagian mesin yaitu turbine disc dengan fan blade yang mengalami kerusakan. "Kerusakan pada fan blade menunjukkan bahwa kondisi mesin masih bekerja saat mengalami benturan. Hal ini sejalan dengan dugaan sistem pesawat masih berfungsi sampai dengan pesawat pada ketinggian 250 kaki,” imbuhnya.
Sementara, kotak hitam dari pesawat berjenis Boeing 737-500 itu kini telah ditemukan. Kotak yang berisi rekaman pembicaraan di ruang pilot itu saat ini sedang dibawa menuju pelabuhan Jakarta International Container Terminal (JICT II). (Det)