Inovasi Mesin Penggoreng Kerupuk Otomatis Ciptaan Mahasiswa UKMWS
Tujuh mahasiswa Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya (UKWMS) jurusan teknik mesin menciptakan terobosan baru mesin penggoreng kerupuk otomatis.
Andrew Juono, Koordinator Kelompok Inovasi teknologi Tepat Guna UKWMS mengatakan, rangkaian inovasi teknologi tepat guna (TTG) ini merupakan mesin penggorengan khusus dengan modifikasi elektronik yang sudah melewati beberapa tahap penyempurnaan.
"Ide ini berawal dari seorang pengusaha kerupuk di Mojokerto, tepatnya produsen kerupuk singkong yang mengajak masyarakat sekitar untuk produksi kerupuk singkong kering. Dari situ saya berpikir, mestinya dari yang kering ini bisa kita manfaatkan lagi dengan penggorengan hingga menjadi kerupuk siap makan," ujar dosen Fakultas Teknik Mesin ini.
Andrew menambahkan, mesin ini terdiri mesin pemanas minyak dengan bahan bakar gas elpiji. Lalu pengendalinya menggunakan sistem relay untuk menjaga sensor.
Cara menggunakan mesin ini pun cukup sederhana, yakni dengan meletakkan kerupuk mentah ke dalam minyak panas yang telah dipanaskan hingga suhu 180 derajat celcius dalam mesin, kemudian tunggu beberapa saat hingga ada bunyi yang menandakan kerupuk telah matang.
"Kemudian dengan menekan tombol di panel atas mesin untuk mengangkat tirisan kerupuk, lalu dituangkan pada sebuah wadah secara manual," katanya, Kamis 7 Februari 2019.
Kata Andrew, mesin ini juga dilengkapi dengan penyaringan yang ada di bagian bawah mesin. Penyaringan ini dapat digunakan untuk memisahkan minyak dan kerupuk agar mendapat hasil kerupuk yang benar-benar matang dan siap dikonsumsi.
Kerupuk yang digoreng dengan mesin ini, sudah melalui tahap uji coba dan bisa bertahan dalam waktu paling lama dua bulan. Mesin ini memiliki dua mode, yaitu mode otomatis saat proses menggoreng serta mode manual saat proses penirisan.
Andrew menambahkan, di bawah mesin ada kotak panel kontrol khusus untuk mengontrol waktu penggorengan. Seperti panel menyalakan kompor gas. Alat ini hanya tinggal memutar untuk menentukan pilihan waktu sesuai dengan kebutuhan.
"Ini dirancang agar alat ini bisa digunakan semua masyarakat agar tidak bingung," ujarnya.
Mesin yang dirancang sejak tahun 2017 ini, akan mengadakan trial di salah satu desa miskin di Situbondo yang kepala desa dan masyarakatnya ingin berkembang. Menurutnya, bila masyarakat di desa tersebut hanya diberikan sumbangan berupa materi tidak akan mampu untuk berkembang.
"Maka dari itu saya dan tim berkeinginan untuk menggugah masyarakat untuk membuat unit produksi dan pendampingan hingga mandiri," katanya.
Andrew berharap, nantinya mesin temuan ini bisa berkembang dan digunakan setiap kelompok usaha mikro, kecil, menengah (UMKM) yang mau berkembang. (pts)