Inovasi 3D Printing ITS Berbahan Sampah Dapatkan Bronze Medal
Sampah plastik di mana-mana. Sedikit yang peduli. Lebih banyak yang tutup mata. Yang sedikit itu di antaranya ada Tim Antasena. Tim yang dibentuk Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya. Di dalam tim itu berkumpul sejumlah mahasiswa dengan otak full inovasi.
Nah terkait sampah plastik itu Antasena membuat inovasi mengolahnya menjadi bahan baku mesin 3D printing. Mesin cetak tiga dimensi. Apa bisa? Tentu sangat bisa!
Ngopibareng.id pun berkesempatan melihat dari dekat
Tim Antasena terdiri dari tiga orang mahasiswa. Yaitu Raihan dan Cut Irma Fitri dari Departemen Teknik Material, dan Nadya Paramitha dari Departemen Teknik Perkapalan.
Raihan menjelaskan, alat yang mereka buat itu bernama Single Screw Extruder Portable.
Kata dia, saat ini penggunaan teknologi mesin cetak 3D sangat banyak. Juga digunakan dalam berbagai bidang. Sebab itu selain mengatasi permasalahan sampah plastik, penggunaan teknologi ini juga diharapkan bisa untuk memenuhi kebutuhan tentang bahan baku mesin cetak 3D.
Dijelaskan Raihan, alat ini digerakkan dengan energi listrik. Alat akan bekerja dengan cara memadatkan dan menekan sampah plastik yang akan diolah lebih lanjut. Padatan plastik itu kemudian dipanaskan sampai temperatur 200-300 derajat celcius.
Raihan, Cut Irma dan Nadya berharap alat ini bisa digunakan oleh banyak orang. Alat sudah dirancang sedemikian rupa secara portable. Mudah dibawa kemana-mana pula. Karena sudah portable semua orang bisa mengolah sampah menjadi lebih praktis dan bermanfaat.
Inovasi Antasena ini pun sukses merebut medali perunggu atau Bronze Medal dalam ajang Malaysia Technology Expo (MTE) 2019. Diselenggarakan di Kuala Lumpur, Malaysia, selama tiga hari, hingga Sabtu 23 Februari 2019 lalu.
Selesai dengan inovasi mengolah sampah palstik ini? Rupanya tidak. Antasena saat ini sedang melakukan riset soal mobil untuk diikutkan dalam perlombaan yang akan datang. (pts)