Mesigit Tebon, Jejak Sejarah Ajaran Toleransi Mbah Jumadil Kubro
Mesigit Tebon yang terletak di puncak Gunung Jali, saat ini masuk wilayah Desa Tebon, Kecamatan Padangan, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur.
Adalah bagian dari bukti ilmiah jejak dakwah Syekh Jumadil Kubro pada periode 1300 Masehi (abad 14 M) di Pedalaman Jawa.
Untuk diketahui, wilayah Gunung Jali Tebon, sejak abad 11 M dikenal sebagai pusat Hindu Budha.
Ini dibuktikan dari Prasasti Pucangan (1041 M) yang ditulis Raja Airlangga, Prasasti Maribong (1248) yang ditulis Raja Wishnuwardana, dan Prasasti Canggu (1358) ditulis Raja Hayam Wuruk.
Posisi Gunung Jali terletak tak jauh dari Loram, Maribong, dan Jipang. Titik-titik tanah sima yang ditulis dalam Prasasti tersebut.
Artinya, Mbah Jumadil Kubro berdakwah di pusat episentrum peradaban Hindu Budha.
Selain ditulis Thomas Raffles dalam History of Java (1817), Dakwah Mbah Jumadil Kubro di Mesigit Tebon juga ditulis Gus Dur dalam bukunya, The Passing Over (1998). Gus Dur menyebut Gunung Jali Mesigit Tebon sebagai "Prototype Toleransi Nusantara".
Seperti diketahui, Mesigit berasal dari kata Sigit (mulia/baik). Semula, ini adalah tempat pendhermaan masyarakat Hindu untuk mendekatkan diri pada Sang Hyang Tunggal.
Keberadaan Mbah Jumadil Kubro di wilayah Gunung Jali, pelan-pelan mampu memasukan unsur islam di wilayah tersebut.
Menariknya, proses dakwah yang dilakukan Mbah Jumadil Kubro mengedepankan sikap toleransi, dan tanpa lewat peperangan.
Ini yang menurut Gus Dur, menjadikan islam kelak diterima dengan baik di wilayah itu.
Menurut Pegiat Literasi dari Bojonegoro, Tulus Budi, Mbah Jumadil Kubro menyempurnakan konsep pendermaan di wilayah itu, menjadi proses Sembahyang sesuai ajaran islam.
“Mesigit yang semula untuk pendhermaan, pelan-pelan diubah menjadi tempat bersembahyang (salat),” ujar Tulus Budi.
Keberhasilan Mbah Jumadil Kubro dalam membangun Mesigit Tebon di Puncak Gunung Jali, disusul dengan dibangunnya Mesigit Jipang, lokasinya di tengah area persawahan Desa Jipang Kecamatan Cepu Kabupaten Blora, yang terletak di seberang lokasi Mesigit Tebon. Keduanya hanya terpisah aliran sungai.
Tempat yang dibangun Mbah Jumadil Kubro berupa Mesigit Tebon (sisi timur sungai) dan Mesigit Jipang (sisi barat sungai) menjadi dua pilar entitas gerbang masuknya islam di Pedalaman Jawa pada abad 14 M.
“Selain dibuktikan secara literatur ilmiah, keberadaan Mesigit Tebon dan Mesigit Jipang juga dibuktikan dengan bukti-bukti arkeologis,” ungkap Tulus.
Sampai saat ini, di lokasi Mesigit Tebon dan Mesigit Jipang masih terdapat batu bata kuno, antefiks kalpataru, antefiks karupadhani, hingga tentu saja keramik Dinasti Ming.