Merintis Warung Nasi Pecel di Jakarta, Awalnya Dicemooh, Sekarang Banjir Pembeli
Nasi Pecel, salah satu kuliner khas Jawa Timur berbahan dasar sayuran, dan kuah sambal kacang, awalnya dipandang dengan sebelah mata oleh masyarakat modern Jakarta. Bahkan ada yang menyangka nasi pecel ini merupakan ramuan jamu tradisional karena beraroma kencur.
Kejadian ini masih melekat dalam ingatan Sukirman ketika pria asal Tulungagung Jawa Timur itu pertama kali membuka usaha warung nasi pecel di Kota Metropolitan Jakarta sekitar 35 tahun lalu.
Yang berkunjung ke warungnya kala itu bisa dihitung dengan jari. Antara dua hingga lima orang saja dalam sehari. Tetapi, Sukirman tak berkecil hati. Ia memahami, karena warga Jakarta yang heterogen belum banyak mengenal nasi pecel. Mereka lebih mengenal warteg, nasi uduk, ketoprak dan ketupat sayur.
Kuliner yang sudah membumi warungnya ada di mana-mana. Tetapi, Sukirman berkeyakinan suatu saat warung nasi pecelnya akan dikenal dan dibanjiri pembeli.
Jalan yang harus dilalui Sukirman ketika merintis warung masakan khas Jawa Timur, dikatakan penuh tantangan. Selain tergolong pendatang baru ia membawa jenis masakan yang belum begitu dikenal.
Berkat keuletan dan kesabarannya merintis warung nasi pecel, Sukirman kini sudah dapat memetik hasilnya. Nasi pecel yang dulu dicemooh sekarang menjadi menu favorit.
Warungnya di kawasan elit Permata Hijau Jakarta Selatan, selalu dipenuhi pengunjung. Apalagi pada hari libur pembelinya sampai antre, mengalahkan warung makan yang lain.
"Saya jualan nasi pecel di Jakarta sudah 35 tahun. Sekarang saja bisa tertawa, awalnya nangis karena tidak ada pembeli," kenang Kirman.
Selain nasi pecel sebagai menu favorit, Kirman sekarang juga berjualan nasi rawon dan opor ayam serta beraneka macam gorengan termasuk ayam goreng, tahu tempe goreng dan rempeyek kacang pendamping saat menikmati nasi pecel.
Waktu ngopibareng.id sarapan di Warung Pecel Jawa Timur ini, jarang yang makan di tempat kebanyakan dibawa pulang, untuk dinikmati bersama keluarga di rumah.
"Bisa ditebak yang makan nasi pecel kebanyakan orang Jawa. Anak-anak zaman sekarang kurang menghargai makanan tradisional seperti nasi pecel ini," ujar Usman, 65 tahun, pelanggan asal Semarang. Ia memuji Nasi Pecel Sukirman ini sedap, pedasnya pas, lauk pilihannya juga banyak.
Setelah 35 berjualan nasi pecel, Kirman sekarang sudah punya tempat jualan yang cukup strategis meskipun ukurannya tidak seberapa luas. Bahkan, dari hasil jualan ini ia bisa menyekolahkan anaknya hingga sarjana. "Alhamdulillah, berkat tlaten dan sabar," ujarnya.
Sebelum berjualan nasi pecel, Kirman bekerja di sebuah kantor. Karena tidak membawa perubahan, akhirnya putar haluan membuka warung nasi pecel ala kadarnya di sebuah kebun kosong. Beberapa kali harus pindah lokasi karena lahan tempatnya berjualan dipakai sendiri oleh pemiliknya.
Menurut Sukirman, nasi pecel di Jawa Timur ada beberapa varian, ada nasi pecel Kediri, nasi pecel Madiun, nasi pecel Tulungagung dan nasi pecel Ponorogo.
Cita rasa nasi pecel di beberapa daerah ini hampir sama, yang membedakan cara penyajian dan tingkat kepedasannya.
Sayur-mayur yang digunakan juga sama. Mulai dari kacang panjang, kembang turi, kecambah, kenikir, bayam, daun singkong, dan daun pepaya.
Varian Nasi Pecel
Nasi pecel Madiun, kalau dibilang pelopor mungkin benar jika orang Madiun lah yang pertama memperkenalkan nasi pecel ke seluruh nusantara. Ciri khas nasi pecel Madiun adalah disajikan di atas daun pisang (pincuk).
Selain sayuran kangkung, isinya ada kacang panjang, toge dan ada lagi petai cina. Terakhir ditaburi serundeng dan saus kacang yang menggugah selera. Untuk pilihan lauk bermacam-macam, ada tahu tempe gorong, rempeyek dan telur.
Nasi pecel Madiun ini sekilas tidak berbeda dengan pecel pada umumnya. Perbedaan ada pada bumbu kacangnya. Bumbu kacang pecel Madiun diberi tambahan jeruk purut di dalamnya.
Tulungagung juga punya nasi pecel khas. Untuk saus kacangnya lebih ada rasa manisnya namun juga tak mengurangi rasa pedasnya. Yang membedakan lagi, adalah sajian lauk pauknya biasanya hanya berupa tempe goreng dan terasi dele.
Terasi dele ini bentuknya bulat kecil berwarna kecokelatan yang terbuat dari tempe, parutan singkong, daun bawang dan seledri. Rasanya hampir sama seperti lentho, gurih-gurih pedas.
Kediri ternyata juga punya nasi pecel yang khas juga lho! Salah satu cirinya adalah menggunakan sambal tumpang. Sambal ini dibuat dari tempe bosok yang dimasak dan dicampur dengan aneka bumbu seperti cabe, bawang, garam dan bumbu dapur lainnya.
Meski memakai tempe bosok tetap aman dikonsumsi, bahkan menyempurna rasa saat menikmat nasi pecel.
Uniknya, Sukirman sendiri tidak tahu nasi pecelnya menganut 'mazhab' yang mana. Bener di depan warungnya hanya tertulis "Rumah makan masakan khas Jawa Timur".
"Yang beli nggak ada bertanya nasi pecelnya ikut aliran mana, yang penting enak dan disukai pembeli," kata Sukirman sambil melayani pelanggan yang sudah antre.
Ia menyebut, salah pelanggannya yang sekarang menjadi pejabat negara adalah Duta Besar RI di Tahta Suci Vatikan Trias Kuncahyono dan mantan Mensos yang sekarang menjadi Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa.
“Bu Khofifah kalau beli sampai 10 bungkus dengan lauk ayam goreng. Pak Dubes waktu menyertai kunjungan Paus ke Jakarta masih sempat pesan nasi pecel melalui kurir untuk tamunya," kata Sukirman bangga.
Advertisement