Meriahnya... Pekan Budaya Tionghoa Jogjakarta Digelar di 3 Lokasi
Kemeriahan Pekan Budaya Tionghoa Jogjakarta 2018 benar-benar terasa. Dalam pelaksanaan ke-13 ini, pekan budaya digelar di tiga tempat.
Tiga lokasi tersebut adalah Malioboro, Kampung Ketandan, dan Alun-alun Utara Keraton Yogyakarta.
Event yang berlangsung 24 Februari hingga 2 Maret, diisi dengan berbagai acara. Diantaranya food bazaar, fortune teller, konsultasi feng shui/hong shui, atraksi barongsai, wayang PoTay Hee, kirab budaya, dan masih banyak lagi.
Namun, event yang menjadi perayaan Imlek ini menghadirkan sejumlah hal baru. Mulai dari ondel-ondel hingga taman lampion.
Hal baru lainnya adalah lampion. Tema yang diangkat di taman ini adalah Imlek Light Festival. Taman lampion bisa dijumpai di Jalan Ketandan, selama PBTY berlangsung.
"Taman lampion digelar di lahan yang belum dimanfaatkan, yaitu bekas Hotel Ketandan. Kami nego biar bisa dipinjamkan. Jadi, mengisi halaman 2.000 meter persegi," katanya.
Fantoni menjanjikan pengunjung taman lampion nantinya bisa swafoto mulai senja hingga tengah malam di sana. Lokasi loket penjualan tiket berada di timur taman.
Deputi Bidang Pemasaran Pariwisata I Kementerian Pariwisata I Gde Pitana, didampingi Kepala Bidang Pemasaran Area I Jawa Wawan Gunawan, mendukung kegiatan ini.
"Event ini bagus untuk melestarikan perayaan Imlek, terutama untuk mereka yang merayakan," tutur Pitana.
Menurutnya, event ini sangat tepat untuk menjaga dan melestarikan budaya Tionghoa. "Ini membuktikan budaya Tionghoa bagian dari kekuatan bangsa," katanya.
Kepala Bidang Pemasaran Area I Jawa Wawan Gunawan menambahkan, pelaksanaan PBTY sangat kompak.
"Sebenarnya, PBTY sudah berjalan dari tahun ke tahun. Juga dilakukan oleh komunitas yang sangat kompak. Buktinya, dalam penyelenggaraanya sudah cukup dengan biaya mereka sendiri," tutur Wawan.
Menteri Pariwisata Arief Yahya memberikan dukungannya untuk event ini. Menurutnya, PBTY tidak akan sukses tanpa komitmen kepala daerah.
“Komitmen Gubernur, Bupati, dan Walikota itu menentukan 50% kesuksesan daerah dalam membangun sektor pariwisata," jelasnya.
Indonesia Incorporated selalu menjadi mantra yang magis ketika bicara pembangunan sektor pariwisata.
"Tanpa kolaborasi dan sinergi pentahelix antara akademisi, bisnis, pemerintah, komunitas dan media, pariwisata kita hanya akan berjalan di tempat. Dukungan penuh seluruh stakeholder tersebut akan memberikan akselerasi yang luar biasa pada pariwisata kita. Diperlukan dukungan dan komitmen penuh terutama para CEO atau leader dari berbagai pemangku kepentingan tersebut untuk memajukan pariwisata," tuturnya.(*)