Merenung soal Usia, Gus Mus: Aku ‘Lebih Tua’ dari Ayahku
"Allah tahu --tidak seperti mereka-- aku banyak menyia-nyiakan waktuku untuk kepentingan duniawi yang sepele dan sedikit sekali berbuat kebaikan dan kemanfaatan bagi sesama."
KH Ahmad Mustofa Bisri, tak biasanya merenung soal usia. Namun, menjelang ulang tahunnya ke-74, pada 10 Agustus mendatang, Gus Mus —panggilan akrabnya – menulis tentang usianya yang telah dikaruniai Allah swt atas dirinya.
Penyair Balsem ini, lahir di Rembang, Jawa Tengah, 10 Agustus 1944, dari keluarga santri. Kiai Mustofa Bisri, kakeknya, adalah seorang ulama. Demikian pula ayahnya, KH Bisri Mustofa, yang pada 1941 mendirikan Pondok Pesantren Roudlatut Thalibin, adalah seorang ulama karismatik termasyur.
Pengasuh Pesantren yang legendaris itu, kini diasuhnya bersama KH Yahya Cholil Staquf. Pada Senin malam, 6 Agustus, Gus Mus menghadirkan renungan untuk dirinya sendiri:
Aku 'lebih tua' dari ayahku, KH.Bisri Mustofa (63 tahun), dan kakakku, KH. Cholil Bisri (64 tahun). Agustus 2018 ini aku 74 tahun.
Allah tahu --tidak seperti mereka-- aku banyak menyia-nyiakan waktuku untuk kepentingan duniawi yang sepele dan sedikit sekali berbuat kebaikan dan kemanfaatan bagi sesama. Maka Dia dengan segala kemurahanNya, memberiku waktu lebih untuk memperbaiki diri. Bahkan memberiku banyak kawan seiring --baik di dunia nyata maupun dunia maya-- untuk bersama-sama memperbaiki diri menuju ridaNya. FalaKal-hamdu wasy-syukru yã Rabb, wabiKat-tuklãn...
Di akun medsosnya miliknya, Ahmad Mustofa Bisri seringkali memberikan renungan pribadi.
Pada 31 Juli, melalui Instagram, Gus Mus pun memberikan catatan dengan dihiasi lukisan kaligrafi karyanya:
AstaghfiruLlāhal 'Azhiim wa atübu ilaiH...
Rasanya kita seperti belum pernah membaca atau mendengar Firman Allah di ayat 11 Surat 49 Al-Hujurãt ini. Adakah yang lebih penting dan lebih mulia untuk diperhatikan melebihi Firman Allah?
"Wahai orang-orang yang mengaku beriman, janganlah suatu kaum menghina kaum yang lain. Boleh jadi mereka (yang dihina) lebih baik dari mereka (yang menghina). Dan jangan pula perempuan-perempuan menghina perempuan-perempuan yang lain. Boleh jadi mereka (perempuan-perempuan yang dihina) lebih baik dari mereka (perempuan-perempuan yang menghina). Dan janganlah kamu melecehkan diri kamu sendiri dan janganlah kamu saling menjuluki dengan julukan-julukan buruk. Seburuk-buruk julukan ialah julukan buruk sesudah iman. Dan mereka yang tidak bertobat, mereka itulah orang-orang yang zalim."
Sedang sebelumnya, Kiai Mustofa Bisri pada 30 Juli melalui Instagram mencatat sekaligus otokritik: •
Seiring era tv, komputer, dan terutama era gadget sekarang ini, kegiatan membacaku semakin menurun, semakin jauh tak imbang dibanding koleksi bukuku.
Pada 27 Juli melalui Instagram, Gus Mus menghadirkan sebuah lukisan kaligrafi:
Manusia yang benar-benar beriman kepada Allah dan istiqamah, tidak akan pernah merasa khawatir dan sedih. Inilah kebahagiaan hakiki.
Semoga Allah memberkahi Jum'at kita dan memudahkan kita mencapai kebahagiaan hakiki di dunia dan akhirat.
Demikian Kiai Ahmad Mustofa Bisri, sahabat Gus Dur (almaghfurlah) yang tetap teduh memberikan pandangan dan nasihat di tengah umat Islam di Indonesia yang kerap ‘suka marah’ lewat medsos itu. (adi)
"Manusia yang benar-benar beriman kepada Allah dan istiqamah, tidak akan pernah merasa khawatir dan sedih. Inilah kebahagiaan hakiki. Semoga Allah memberkahi Jum'at kita dan memudahkan kita mencapai kebahagiaan hakiki di dunia dan akhirat."