Mereka Menyebut ”Hijrah”, Ini Salah Kaprah Lho!
Semenjak semangat purifikasi agama hidup kembali, semangat berhijrah di kalangan pemeluk agama seperti menemukan momentumnya lagi. Purifikasi adalah proses pemurnian ajaran yang kalau ditarik garis panjangnya, akan bermuara kepada seorang tokoh bernama Muhammad bin Abdul Wahab, pendiri Wahabisme.
“Jargonnya cukup populer, yakni "Kembali kepada Al-Quran dan As-Sunnah”. Implikasinya, jauhi lah segala bentuk praktik takhayyul, bid'ah dan khurafat.
Sayangnya, rupanya secara praksis hijrah yang mereka pahami lebih condong kepada hijrah simbolik; Berjanggut tebal dan panjang, bercelana gantung, dan berdahi hitam untuk para ikhwan. Untuk akhwatnya bejilbab lebar, ditambah aksesoris cadar, dengan pakaian yang dominan berwarna gelap. “Sorry to say, ini bukan sejatinya hijrah. Hijrah itu akhlak dan perilaku, empati dan kesadaran,” kata Khairi Fuady, pada akun medsosnya, dikutip ngopibareng.id, Senin (21/08/2017).
Fenomena Cesar adalah satu permisalan yang secara telanjang bisa kita saksikan betapa janggut yang tebal bak belantara hutan, juga celana yang menggantung laiknya kebanjiran, tidak bisa menggaransi bahwa seseorang telah insyaf. Alih-alih memantapkan diri untuk berhijrah, ia malah kembali menjadi penghibur dengan berjoged, yang barangkali menurut ajaran Wahabi, sudah mutlak haram dan terkutuknya.
Hijrah adalah perjalanan, bukan proses yang ujug-ujug. Karena segala yang instan biasanya tak kan lama bertahan. Kalau kamu temui pacarmu ternyata punya tattoo di salah satu bagian tubuhnya, jangan lantas kau hardik ia lalu kau paksa ia menghapusnya dengan air keras. Selain fisiknya akan sakit, batinnya pun ikut tersayat.
“Karena hijrah adalah proses pemantapan hati untuk berangsur menuju yang baik-baik. Dan hati, dalam kajian agama lebih cocok masuk ke dalam domain akhlak dan tasawuf. Maka aneh kalau kemudian ada orang yang deklarasi ingin berhijrah, yang kita sodorkan kepadanya justru aturan-aturan fikih yang relatif kompleks. Otomatis kaget lah dia,” tuturnya, menambahkan.
Hijrah lah dulu dari hal-hal yang sederhana. Kalau dulu suka cemberut, maka tersenyumlah sejak pagi ini. Kalau dulu suka ngegosip, mulai lah untuk bicara yang produktif, meski tidak melulu harus ilmu agama. Kalau dulunya suka marah-marah, kurangilah mengkonsumsi Kambing. Selain darah tinggi, juga sering bikin sakit gigi. Lebih sakit daripada sakit hati. (adi)
Advertisement