Mereka Kangen Macet di Mudik Lebaran
"Kayak ora bada. Ora ana kabar macet nang kana-kana (Seperti tidak ada lebaran. Tidak ada berita kemacetan di mana-mana, red)," celutuk Ny Kuntum, warga Sukaraja, Banyumas.
Celetukan dengan bahasa Banyumasan yang medok itu bukan diungkapkan para pemudik. Tapi oleh ibu rumah tangga yang setiap tahun menunggu anak dan cucunya mudik dari berbagai daerah.
Volume kendaraan di jalur mudik non tol memang berkurang banyak. Bahkan drastis. Jalan raya Sukaraja yang biasanya penuh sesak kendaraan, kini menjadi lebih longgar. Kepadatan hanya terjadi di pusat-pusat kota.
Dulu di simpang empat di ujung Jalan Raya Sukaraja maupun di pertigaan menuju Purbalingga ada pemisah jalan bermeter-meter. Ini cara untuk mendisiplinkan pengendara biar tak menambah macet.
Kini pemisah jalan itu tidak ada. Pengendara tak lagi dikhawatirkan terobos kanan dan kiri. Mengapa? Karena jalanan lebih lengang. Tak sepadat tahun-tahun sebelumnya.
"Tahun lalu, jalan raya ini masih macet berat. Kini sudah tidak lagi. Hanya dilewati para pemudik dari Kebumen. Mereka keluar tol Pemalang," kata Budi Prasetya, pemilik Pusat Getuk Goreng Tela Asli, Sukaraja.
Menurunnya pemudik lewat Sukaraja berarti juga menurunnya omset bagi pusat jajanan di sepanjang jalan itu. Di Jalan Raya Sukaraja memang menjadi pusat oleh-oleh dan transit untuk jalur selatan.
"Biasanya seminggu sebelum lebaran rame. Tahun ini omset turun sekitar 60 persen. Semoga nanti waktu arus balik bisa kembali ke normal," tambah pelopor getuk goreng rasa durian ini.
Situasi yang dialami pedagang oleh-oleh di Sukaraja ini juga dialami pedagang di jalur pantura. Mereka terdampak langsung beroperasinya jalan tol. Pemudik tak lagi memadati jalur pantura yang biasa heboh setiap tahun.
Memang dengan adanya tol, sejumlah ruas menjadi sepi. Tapi di beberapa ruas jalan jalur selatan masih juga terjadi kemacetan. Ini mulai tampak pada lebaran hari kedua.
Jalur Purwokerto-Jogjakarta, misalnya. Di beberapa titik mulai Butuh sampai dengan Gombong terjadi banyak kemacetan. Ini memang jalur pertemuan dari Cilacap dan Purwokerto.
Sepanjang jalan mendekati kota Kebumen juga padat merayap. Ketika bergeser melalui jalan panti selatan atau Jalan Dandeles, kepadatan arus mudik juga terasa sama dibanding tahun-tahun sebelumnya.
Jarak tempuh Purwokerto menuju Jogja memerlukan waktu 6 sampai 7 jam. Waktu tempuh ini hampir sama dengan ketika jalan tol Trans Jawa dioperasionalkan secara penuh. Hari biasa maksimal 5 jam.
Kabar kemacetan juga masih terdengar di daerah-daerah yang tidak terdampak
langsung oleh operasionalisasi jalan tol. Misalnya, jalur Probolinggo-Jember, Kertosono-Kediri dan sebagainya.
Tampaknya setiap penambahan infrastruktur memang bisa mengurangi jumlah titik kemacetan arus mudik dan arus balik lebaran. Tapi ada juga yang hanya mengalihkan titik kemacetan.
Coba bayangkan kalau tidak ada pembangunan infrastruktur seperti jalan tol trans Jawa. Pasti tragedi berjam-jam di jalanan para pemudik akan terus terdengar.
Yang pasti, di saat semuanya berjalan lancar, tetap saja ada yang memimpikan kemacetan dan kepadatan lalu lintas. Mereka adalah para pedagang jajanan yang selama ini panen tahunan setiap lebaran tiba. (arif afandi)