Merdunya Orkestra Sahur dari Patrol Keliling di Banyuwangi
Waktu sudah menunjukkan lewat tengah malam. Beberapa orang terlihat duduk berkumpul di dekat gardu di tepi Jalan Teratai, Kelurahan Banjarsari, Kecamatan Glagah, Banyuwangi Minggu, 2 April 2023 dini hari. Beberapa dari mereka terlihat memegang alat musik dari bambu atau disebut patrol.
Alat Musik Patrol
Warga lain tampak mengutak-atik ketipung yang terbuat dari paralon berukuran 10 dim. Mereka berusaha mengencangkan ban dalam yang diikat ke salah satu lubang paralon. Tujuannya, agar menghasilkan suara yang merdu atau paling tidak sesuai harapan.
“Semakin kencang ban, maka akan semakin merdu suaranya,” ungkap salah satu pria yang sedari mengutak-atik ketipung paralon, Abdul Korib.
Setelah mendapatkan suara ketipung yang diinginkan, mereka mulai memainkan musik patrol sederhana buatan Abdul Korib itu. Orkestrasi beberapa alat musik patrol dari bambu, triangle, berpadu dengan suara ketipung paralon menghasilkan suara yang cukup merdu di telinga.
Alunan musik ini semakin enak didengar dengan tambahan dua unit alat musik bonang. Suaranya bertalu-talu memecah kesunyian pada dini hari ke-11 di bulan Ramadan itu. Beberapa dari mereka ada yang bergoyang ringan mengikuti irama musik yang dimainkan.
Beberapa menit melewati pukul 02.00 WIB, mereka mulai bersiap untuk berkeliling untuk membangunkan warga kampung Loji untuk bersahur. Ya, mereka ini merupakan warga yang akan membangunkan warga lainnya untuk makan sahur.
Orkestra Patrol Banyuwangi
Kampung Loji ini merupakan sebutan wilayah RT 04 RW 03 Lingkungan Sukorojo, Kelurahan Banjarsari Kecamatan Glagah. Disebut Kampung Loji karena konon pada zaman penjajahan Belanda, tempat ini merupakan salah satu markas Belanda.
“Biasanya kita keliling ke arah barat, kemudian memutar ke selatan lalu keliling ke timur,” jelas Ketua RT 04, RW 03 Lingkungan Sukorojo, Kelurahan Banjarsari, Kecamatan Glagah, Selamet Hariyadi, 50 tahun.
Sambil berjalan perlahan, mereka memainkan musik patrol sederhana itu. Kali ini, sambil menyanyikan lagu sahur yang sudah sering terdengar di televisi, radio atau media sosial. Menyusuri jalan paving, mereka terus memainkan alat musik dengan penuh kegembiraan.
Sahut menyahut melantunkan lagu sahur yang diselaraskan dengan musik patrol. Hawa dingin dini hari sepertinya tak mampu mematahkan semangat mereka membangunkan warga untuk makan sahur.
Rute patrol keliling ini tidak hanya di gang utama yang berukuran lebar sekitar empat meter. Tapi juga blusukan hingga ke gang-gang kecil. Mereka tidak ingin ada warga yang tertidur pulas sampai kebablasan sehingga tidak bisa makan sahur. “Semua gang yang ada kami lewati tanpa terkecuali, agar semua warga bisa bangun untuk makan sahur,” ungkapnya.
Wilayah yang dijangkau para pemusik dadakan ini, ternyata tidak hanya di RT 04 saja, mereka juga berkeliling hingga ke wilayah RT 03 RW 03 dan perbatasan RT 05 RW 03. Setidaknya dalam sekali keliling rutenya lebih dari setengah kilometer.
Tidak sedikit warga yang terbangun mendengar alunan musik segera keluar melihat dan menikmati musik gratis ini. Bahkan ada juga warga yang sengaja bangun untuk mengabadikan para pemusik patrol ini dengan kamera ponselnya.
Hadi, panggilan Selamet Hariyadi, mengungkapkan, patrol keliling membangunkan warga untuk makan sahur ini dilakukan setiap malam. Penabuh patrolnya sebagian besar berganti. Karena disesuaikan dengan jadwal warga yang bertugas melaksanakan siskamling. Tapi ada beberapa orang yang setiap ikut serta.
Musik Plus Patroli
Dia menjelaskan, sebelum Ramadan kegiatan ronda keliling kampung ini memang sudah dilaksanakan secara rutin. Sesuai jadwal siskamling yang sudah ditentukan.
Kala itu juga sudah menggunakan alat musik patrol dari bambu. Tapi lebih difungsikan sebagai kentongan. Pada bulan Ramadan ini, ronda dilanjutkan dengan patrol keliling membangunkan warga untuk makan sahur. “Jadi sambil ronda sambil membangunkan warga untuk sahur,” ungkapnya.
Dia menuturkan, patrol keliling kampung membangunkan warga untuk bersahur ini merupakan salah satu tradisi yang selama ini sudah dilakukan secara turun temurun. Untuk itu, sembari melaksanakan siskamling masyarakat berupaya untuk terus menghidupkan tradisi tersebut.
“Kami berupaya menjaga tradisi membangunkan orang untuk sahur dengan musik patrol ini sambil keliling menjaga keamanan lingkungan,” jelasnya.