Merdeka itu Jualan Tahu ala Saruji
Tak ada kopi, tahu goreng pun jadi. Merdeka. Beginilah kalau sedang kepepet. Bagaimana bisa ngopi wong jalanan nyaris seluruh Surabaya ditutup total atas nama Peringatan Kemerdekaan.
Kegiatannya bermacam, mulai hanya sekadar tirakatan, melekan mbeber kloso dengan suguhan tela goreng atau gedhang godok, keroncongan, nyetel lagu-lagu perjuangan, bikin dramaturgi perang-perangan, nanggap cerita para veteran yang masih sehat dan mampu bercerita dengan baik.
Hingga, hanya sekadar mendengarkan sambutan Walikota Surabaya, Tri Risma Harini, yang dibacakan Pak RT atau Pak RW masing-masing hingga pelosok dan sudut kampung.
Warung kopi pada tutup karena jalanan ditutup, atau penjaganya pergi ke arena tirakatan agar dapat rawon gratis, menjadikan berkah tersendiri bagi Sajuri, 51 tahun, warga Desa Ngentak, Peterongan, Jombang. Jualan tahunya laris dan manis.
Lelaki anak dua, putu juga dua ini, berangkat dari Jombang tadi pagi. Berombongan dengan 10 orang kawannya jualan tahu goreng petis keliling Surabaya. Rombongan naik truk dengan ongkos 15 ribu per orang. Per kepala naik truk berikut sepeda dan rengkeknya sekalian.
Mereka turun Medaeng Sidoarjo, kemudian Imenyebar. Janjian kumpul di Medaeng lagi untuk kemudian pulang. Laku tidak laku besok pagi harus kumpul dan pulang Peterongan.
Pak Sajuri kebagian nyelonong di Kampung Petemon Surabaya. Terjebak dia, tidak bisa keluar kampung karena terlanjur ditutup warga. Dia membawa 750 biji tahu goreng berikut petisnya.
Meski terjebak, jam terbang 15 tahun jualan tahu model begini, tidak membuat risau di wajahnya. Santai saja dia membeber tahunya di atas sepeda. Mangkal dia di atas jembatan di Kampung Petemon gang empat.
Rejeki memang tak lari kemana. Seiring pekik merdeka para warga yang bejibun tumpah ruah di jalan, anak-anak kecil yang tidak kebagian rawon gratis merubung tahunya. Ibunya anak-anak itu yang belum kebagian kue ikut membeli.
Jika membeli sebiji harganya seribu, kalau seplastik isi 6 biji harganya lima ribu.
Asyik memang tak lari kemana, yang tidak kebagian kopi gratis juga turut merubung tahu. Tadinya gorengan yang menggunung, kini sudah ceper. Hanya tinggal puluhan saja, tidak laku ya di bawa pulang. Merdeka, tahuku sudah laku tuan. (idi)
Advertisement