Merdeka Bukan Pekik Heroik di Muka Publik, Ini Kritik Haedar
Kekayaan alam Indonesia sungguh luar biasa dan merupakan bentangan nikmat Tuhan yang tak berbilang. Gugusan kepulauan ini telah memikat hati seorang Eduard Douwes Dekker, yang melukiskan Indonesia bagaikan untaian Zamrut di Khatulistiwa.
Dalam nyanyian kesyukuran seniman kondang Koes Ploes, di negeri ini tongkat dan batu pun jadi tanaman. Suatu metafora tentang Indonesia yang kaya untuk disyukuri dan tidak boleh disia-siakan oleh seluruh anak negeri.
Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir mengatakan, dalam rangka Hari Kemerdekaan Republik Indonesia ke-73 pada Jumat 17 Agustus 2018, sungguh layak semua elite dan warga bangsa berefleksi secara mendalam tentang maka keindonesiaan.
"Seraya bertanya pada diri sendiri, hendak diapakan dan dibawa ke mana kepulauan anugerah Tuhan ini oleh seluruh elite dan warga bangsa menuju cita-cita negara idaman, negeri Gemah Ripah Lohjinawi," tutur Haedar.
"Seraya bertanya pada diri sendiri, hendak diapakan dan dibawa ke mana kepulauan anugerah Tuhan ini oleh seluruh elite dan warga bangsa menuju cita-cita negara idaman, negeri Gemah Ripah Lohjinawi," tutur Haedar.
Haedar juga berpesan agar segenap elite dan warga bangsa wajib dituntut tanggungjawabnya dalam mewujudkann Indonesia menjadi negara-bangsa yang benar-benar merdeka, bersatu, berdaulat, maju, adil, dan makmur sebagaimana cita-cita para pendiri bangsa.
"Lebih-lebih bagi para pemimpin bangsa selaku pemangku amanat utama bangsa dan negara," tegas Haedar.
Selain itu, Haedar juga menyatakan bahwa hakikat merdeka bukan pekik heroik di muka publik.
"Merdeka ialah jiwa, pikiran, dan tindakan menjadikan Indonesia sejalan cita-cita kemerdekaan. Kaum muda jadilah insan merdeka demi Indonesia berkemajuan," pungkas Haedar.(adi)