Merdeka Ataoe Mati, Merdeka Kita Ngopi
Sekian banyak aktivitas inspiratif Peringatan Hari Pahlawan, 10 November 2018, diunggah lewat berbagai media. Mulai dari media mainstream hingga media sosial. Ini belum terhitung yang diunggah melalui blog dan website.
Lalu bagaimana dengan dunia kopi? Turut larut membahana dalam Peringatan Hari Pahlawan 10 November juga? Jawabannya jelas matap: Yes! Merdeka ataoe mati, Merdeka kita ngopi.
Tanpa merdeka, boleh jadi,sampai hari ini kita tidak pernah bisa ngopi. Kalau pun bisa ngopi, boleh jadi, yang terhidang di atas meja hanyalah tiruan kopi.
Apa itu tiruan kopi? Misal: jagung yang digoreng hitam lalu ditumbuk jadi bubuk mirip kopi. Selain biji jagung ada beras, ada kacang hijau, ada karak, ada biji salak, ada biji sirsat, dan sejumlah biji-bijian lain yang kerap dikreasikan oleh masyarakat kejepit ketika belum merdeka dari bangsa penjajah.
Kini, Bangsa Kita, sudah merdeka. Senyatanya merdeka. Buktikan kalau belum percaya! Yakinlah, tak ada satu pun bangsa penjajah ada di tanah air ini. Nah, mestinya, karena tak ada penjajah, tak ada lagi masyarakat kejepit. Sehingga kopi pun juga tidak ada kopi tiruan. Tidak ada bubuk kopi. Yang ada harusnya adalah kopi bubuk. Apa itu kopi bubuk? Kopi bubuk senyatanya adalah kopi biji yang disangrai yang kemudian dihaluskan menjadi bubuk.
Lalu, kenapa masih terdengar bubuk kopi dari jagung, beras, karak, kacang hijau, biji salak, biji koro, dan seterusnya? Entahlah, mungkin mereka tidak sungkan dengan pahlawan-pahlawan gagah berani yang menyongsong senapan mesin hanya dengan bambu runcing. widikamidi