Merawat Motor Tua, Menghasilkan Uang Tapi Tidak Mudah
Pada awal karirnya sebagai 'dokter' perawat motor tua Zamroni sempat ditertawai oleh teman-temannya. Motor yang diperbaiki harganya ratusan juta hingga 0,5 milyar rupiah. Tapi ongkosnya setara dengan bayaran tukang batu atau kuli bangunan. Gara-gara ia tidak pernah memasang tarif, karena hal yang dilakukannyaitu berangkat dari hobi.
Sejak itu ahli mesin motor tua, yang tinggal di Jl Menur Pumpungan Surabaya, mulai berpikir untuk bekerja profesional, mengubah hobinya menjadi peluang yang menghasilkan uang tidak hanya mengejar kepuasan batin.
Di kalangan komunitas panggemar motor tua ia kondang dengan panggilan Cak Zam. Sama dengan akun media sosialnya FB dan Instagram.
Setelah mendapat masukan dari teman-teman komunitas motor tua, Cak Zam akhirnya berani memasang tarif. Itu pun masih dibawah rata-rata.
"Gak larang-larang (tidak terlalu mahal), yang penting bisa untuk menghidupi keluarga, bisa nyekolahkan anak, banyak teman dan bisa touring ke mana-mana," kata Cak Zam dengan bahasa gado-gado Suroboyoan.
Satu unit motor tua Cak Zam memungut jasa perbaikan sekitar Rp4 juta, tergantung tingkat kesulitanya.
"Kalau ada sparepart yang diganti, saya serahkan pada pemilik, cari sendiri atau dibantu mencarikan," tutur Cak Zam ketika berbincang dengan Ngopibareng.id di bengkelnya Sabtu 29 Mei 2021.
Saat itu Zamroni baru menyelesaikan BMW tahun 55, berplat nopol Jakarta (B) seharga Rp 400 juta dan Norton yang berplat nopol Semarang seharga sekitar Rp350 juta. "Makin tua harganya makin tinggi," ujar Zamroni.
Bapak dua anak kelahiran tahun 1968, lebih suka tempat kerjanya disebut lorong kehidupan. Karena tidak ada gambaran sebuah bengkel atau workshop, melainkan lorong kecil seukuran 1,5 meter memanjang sejaun 15 meter menuju dapur. Di lorong kecil ini Cak Zam bekerja sendiri, tanpa kawan.
Pernah ada orang bule mengajak kerjasama dengan menawari tempat lebih luas dan strategis. Setelah bule melihat bengkelnya di lorong sempit tersebut, tapi ditolak.
"Saya lebih nyaman bekerja di lorong kehidupan ini. Meskipun cukup hanya untuk satu motor, tapi milik sendiri, tak ingin berhutang budi," katanya.
Zamroni pertama kali kenal dan jatuh hati dengan motor tua ketika tinggal di Bali selama 32 tahun. Dan motor yang pertama dibeli merk
BSA tahun 56, seharga Rp1,7 juta.
Motor tua yang dibeli pada tahun 1990, menjadi cikal bekal Zamroni mengenal mesin motor. Ternyata sulit katanya. Rasa sulit itu yang mendorongnya ingin belajar, sebab dia melihat di sini ada peluang.
"Suatu haru motor saya mogok, saya coba bongkar sendiri.
Eee malah tambah nggak karu karuan. Slang untuk bensin tersambung ke oli, slang ke oli keliru ke bensi, kenangnya.
Karena sudah putus asa, Za
mroni meminta tolong teman yang lebih dulu mengenal motor tua, tapi ternyataannya tidak mengenal mesin. Akhirnya dibantu seorang teman mencarikan tukang motor tua. "Ketika bongkar mesin saya perhatikan dengan cermat. Hanya beberapa jam motor saya sudah bisa jalan," ceritanya.
Namanya juga motor tua baru beberapa bulan mogok lagi. Zamroni nekad memperbaiki sendiri dengan dipandu buku petunjuk mesin motor manual yang ia beli di toko. Buku. Muncul problem baru, baku panduannya berbahasa Inggris. Solusinya Zamroni membawa buku itu ke Pantai Kuta, tempat orang bule mandi matahari. Dia minta tolong guide untuk menerjemahkan bagian bagian yang ingin dia ketahui artinya. "Melalui buku itu Allah memberi ilmu baru, bisa memperbaiki motor tua.
Jaringan semakin luas teman penggemar motor tua makin banyak, maka bertambah pula pengetahuan saya tentang mekanik motor tua," kata Cak Zam, yang lululusan SMA Ta'miriyah Surabaya.
Sejak itu mulai berani tampil sebagai mekanik motor tua yang tergolong langka.
Tentang tingkat kesulitan mengurusi motor, kata Zamroni kalo stang seker sampai pedot, harus cari kanibalan dulu. Sebenarnya bisa pesan ke begara asal tapi lama dan harganya lebih mahal. Solusinya harus kanibal. Sedang kesulitan yang lain sudah dikuasainya.
Dari mulut atau dengan cara getok tular, Cak Zam sempat kewalahan menerima order. Pelanggan nya pun macam-macam, ada yang pejabat dan petinggi TNI.
"Ya pokoknya semua pekerjaan kalau dilakukan dengan senang dan ihlas pasti akan lancar," katanya.
Di tengah kesibukannya ngurusi motor tua, Zamroni masih sering kongkow dan touring bersama komunitas motor tua.
Kalau di Surabaya ada dua yg masih aktif, PEMUDI'S satu FAR EAST.
"Saya masih ikut yang di Bali " HMT"(Himpunan Motor Tua Bali). Kalau yang nasional saya MACI ( Motor Antik Club Indonesia)," ujar Zamroni.
Mengenai sikap istri kalau ditinggal touring sampai berminggu minggi, kata Zamroni yang penting cukupi dulu buat yang di rumah, baru gaaaass berangkat!" kata Zamroni.
/
Advertisement