Merasakan Kelas Bisnis Pesawat Jumbo A380, Begini Nikmatnya
Sudah sangat lama saya ingin merasakan naik pesawat jumbo Airbus 380. Di kelas bisnisnya. Tidak perlu di first class. Cukup yang satu tingkat di atas kelas ekonomi.
Inilah pesawat jumbo terbaru produksi pesawat terbang di Perancis. Pesaingnya Boieng yang berbasis di Amerika Serikat. Yang juga telah memproduksi pesawat jumbo.
Sejumlah maskapai ternama sudah banyak menggunakan pesawat jenis ini. Seperti Emirates, Singapore Airline, Lutfansa, dan Qantas.
Saat mendampingi Katib Aam PBNU KH Yahya Cholil Staquf ke Vatikan, keinginan itu keturutan. Dalam penerbangan dari Roma ke Dubai. Selama 5 jam.
Saya bisa membandingkan kelebihannya karena saat berangkat naik kelas ekonomi di pesawat yang sama. Tak bisa mengintip kelas atasnya karena beda lantai.
Pesawat jumbo A380 memang terdiri dari 3 dek. Terbawah untuk kargo. Kedua kelas ekonomi. Dan teratas untuk kelas bisnis dan first class.
Untuk masuk ke pesawat pun sudah terpisah. Tidak bertemu antara penumpang kelas ekonomi yang di bawah dan kelas atasnya di dek teratas.
Memang antara dek bawah dan dek teratas ada tangga. Di bagian depan kabin pesawat. Tapi tangga itu ditutup dengan portal. Penumpang kelas ekonomi tak mungkin bisa mengintip ke atas.
"Kami pernah terbang ke Jakarta dengan pesawat A380 saat 17 Agustus lalu. Tapi infrastruktur pendukung di Bandara Soeta belum mendukungnya," kata kabin crew Emirates.
Maskapai milik negara bekas koloni Inggris ini banyak menggunakan pesawat jumbo jenis itu untuk ke kota-kota besar di Eropa. Ke Asia dipakai untuk penerbangan ke China, Korea dan Jepang.
Memang untuk terbang di kelas bisnis Emirates cukup menguras saku celana. Sekali jalan Rp 25 juta sampai Rp 47 juta untuk Jakarta-Roma. Bisa untuk beli motor Vespa Piagio satu.
Lalu dapat apa dengan uang segitu untuk satu kali jalan? Kabin yang mewah, tempat duduk yang wah, juga layanan makan dan minum istimewa.
Layanan wah tidak hanya di atas pesawat. Juga di bandara. Untuk penumpang kelas bisnis dan first class disediakan lounge yang tak kurang mewah.
Bisa menikmati makan dan minum sepuasnya. Berbagai jenis minuman. Mulai yang beralkohol sampai dengan minuman air putih biasa.
Saya suka klas bisnis Emirates karena selalu terasa lebih mewah dibanding kelas yang sama maskapai lain. Apalagi maskapai yang berasal dari Amerika seperti United atau Delta.
Saya pernah naik United kelas bisnis dari Jakarta ke Atlanta. Saat diundang pemerintah negeri Paman Sam untuk program jalan-jalan. Hanya kursi yang lega dan makanan saja yang beda.
Masuk kabin kelas bisnis Emirates sudah terasa beda. Aromanya. Kemewahan interior kabinnya dan tentu pernik-pernik peralatan penunjang tempat duduknya.
Warna keemasan mewarnai kabin Emirates. Warna kesukaan keluarga raja-raja Arab. Aksen kayu juga manjadi pelapis furniture pesawat. Menambah anggun interiornya.
Kabin selebar 6 meter hanya diisi 4 kursi plus dua koridor. Sedangkan kelas ekonomi berisi 10 kursi dengan lebar 6,9 meter. Beda jauh kan?
Setiap kursi ada bar sendiri. Berisi minuman dan makanan kecil. Tidak hanya jenis satu minuman. Beberapa. Mineral, soda, air putih, dan soft drink.
Kursinya tidak hanya bisa disandarkan separo. Tapi bisa disandarkan sepenuhnya sehingga seperti tempat tidur. Dapat selonjor penuh tanpa kaki tertekuk. Bisa tidur telentang. Miring kiri dan kanan.
Dulu kelengkapan kelas bisnis hanya bantal dan selimut tebal. Di Emirates masih dilapisi matras empuk yang bikin tidur nyenyak.
Penutup jendela serba otomatis. Mulai jendela transparan yang mengurangi cahaya luar sampai dengan korden gelap penutup jendela.
Semua itu memudahkan tidur begitu pesawat mengudara. Juga membuat nyaman nonton film dan hiburan dengan layar lebar yang terpampang di depan kursi penumpang.
Eh, kalau nggak bisa tidur bisa juga jalan-jalan. Sepanjang koridor kabin yang longgar. Toiletnya pun lega.
Juga bisa bercengkerama di bar besar dan mewah. Berbagai jenis minuman dan makanan kecil. Semua tersedia. Dengan pramugari yang ramah.
Ketika sedang mengagumi bar besar, seorang pramugari menyapa. "Mau foto. Mari saya fotokan," katanya.
Di atas ketinggian puluhan ribu meter, sejumlah penumpang kelas bisnis berdatangan di bar. Ada yg duduk di samping meja. Ada yang di sofa setengah lingkaran kanan dan kiri.
Setelah mengudara, tata lampu dalam kabin juga dibuat memanjakan penumpang untuk beristirahat. Seperti suasana malam dengan langit berkedip-kedip. Padahal perjalanan tengah siang.
Begitu masuk malam disediakan makan malam. Mulai dari makanan pembuka, makanan utama, dan makanan penutup atau desert.
Naik kelas bisnis A380 milik Emirates seperti naik rumah mewah tingkat tiga yang terbang ke langit. Sungguh saya bersyukur sempat merasakannya.