Merasa Hadir di Hadapan Syaikhona Kholil
Pada malam-malam terakhir bulan Ramadan, ada yang istimewa bagi para masyayikh dan ulama pesantren di kalangan Nahdlatul Ulama. Launching Kitab Syaikhona Muhammad Kholil bin Abdul Lathif, Bangkalan, berjudul Kitab Syarh al-Kholil Ala Matnil Ajurumiyah, pada Selasa 18 April 2023 malam.
Dihadiri para kiai sepuh, seperti Rais Aam PBNU KH Miftachul Akhyar, KH Kafabih Marhrus Ali dari Lirboyo, KH Moh Hasan Mutawakkil Alallah dari Probolinggo, dll. Selain itu, ada KH Marzuki Mustamar, Ketua PWNU Jawa Timur.
Syaikhona Kholil bin Abdul Lathif al-Bankalany adalah guru para ulama dan kiai pesantren di Nusantara, seperti Hadlratussyaikh KH Muhammad Hasyim Asy'ari. Inisiator berdirinya Nahdlatul Ulama (NU), dimakamkan di Bangkalan.
Ust Ma'ruf Khozin, Pengasuh Pondok Pesantren Raudlatul Ulum Suramadu, berkesempatan tampil sebagai moderator sekaligus memberikan catatan berikut:
Keadaan cuaca alam tidak menunjukkan hal yang aneh, entah mengapa tiba-tiba Yai Nasih M Nashih Abdullah menunjuk saya untuk menjadi moderator saat Haul Syaikhona Kholil, Bangkalan, yang dikonsep berbeda dengan biasanya, yakni tabaruk mengaji dan membaca kitab.
Ini adalah salah satu kitab karya Syaikhona Kholil Bangkalan, yang menjelaskan tentang Syarah Ajurumiyah, kitab gramatika Arab paling dasar. Manuskrip kitab tersebut ditemukan di salah satu dhalem cicit Syaikhona Kholil, di Jhengjebuwen Bangkalan.
Terpaut semalam sebelum acara hari H, saya dibriefing oleh Ra Nasih: "Upayakan para hadirin ini sedang ngaji sorogan, seolah membaca kitab di depan Syaikhona Kholil".
Alhamdulillah, saya teringat dahulu pernah menyimpan kutipan dari ulama ahli hadits, Al-Hafidz Ibnu Hajar, terkait dengan istilah menghadirkan ke dalam kalbu tentang keberadaan hamba-hamba pilihan Allah:
ﻭﻗﺎﻝ اﻟﻔﺎﻛﻬﺎﻧﻲ ﻳﻨﺒﻐﻲ ﻟﻠﻤﺼﻠﻲ ﺃﻥ ﻳﺴﺘﺤﻀﺮ ﻓﻲ ﻫﺬا اﻟﻤﺤﻞ ﺟﻤﻴﻊ اﻷﻧﺒﻴﺎء ﻭاﻟﻤﻼﺋﻜﺔ ﻭاﻟﻤﺆﻣﻨﻴﻦ ﻳﻌﻨﻲ ﻟﻴﺘﻮاﻓﻖ ﻟﻔﻈﻪ ﻣﻊ ﻗﺼﺪﻩ
Al-Fakihani berkata bahwa dianjurkan bagi orang yang salat untuk menghadirkan semua para Nabi, malaikat dan orang-orang saleh saat membaca 'Assalamu alaina wa ala ibadillah ash-sholihin'. Agar ucapannya seusai dengan tujuannya" (Fathul Bari, 2/448)
Syekh Syadi, ulama ahli tahqiq kitab, mengawali pembacaan kitab, dilanjutkan oleh Rais Am PBNU, KH Miftahul Akhyar, beberapa kiai pengasuh pesantren; seperti KH Fuad dari Sidogiri, KH Kafabih dari Lirboyo, KH Zuhri dari Paiton, KH Mutawakkil dari Genggong, Kiai Azaim dari Sukorejo, KH Barizi dari Lanbulan, Gus Ghofur dari Sarang, KH Mujib Buduran dan KH Marzuqi Mustamar selaku Ketua PWNU Jatim.
Tidak hanya para kiai yang khusyuk membaca kitab, para jemaah yang hadir pun menyimak bacaan seolah meniti lagi tangga-tangga ilmu dari bawah, mengingat para kiai tersebut saat ini sudah membaca kitab-kitab besar bahkan ada sebagian yang telah mengarang kitab.
Para kiai-kiai pesantren bisa hadir dan memenuhi undangan ngaji kitab, bukan melihat "kecilnya kitab", tapi kebesaran sosok ulama yang menjadi kiainya para kiai di Tanah Air, Syaikhona Kholil Bangkalan.
بارك الله لنا كما بارك الله لشيخ مشايخنا العالم الرباني والغوث الصمداني محمد خليل البنكلاني
Demikian semoga bermanfaat.
Advertisement