Merasa Cukup dengan Pemberian Allah, Laku Hidup Qanaah
Merasa cukup dengan pemberian Allah Ta'ala, merupakan pengamalan seorang penganut tarekat dari konsep "Qanaah".
القناعة هي الرضى باليسير من العطاء [ كفاية الأتقياء : ١٨
“Rela menerima pemberian walaupun sedikit.”
Qana’ah adalah salah satu tarekat para wali untuk wushul kepada Allah. Menurut KH. Moch. Jamaluddin Ahmad, qana’ah merupakan wasiat yang kedua dari sembilan wasiat para guru tarekat yang diamalkan; at- Taubah, al-Qana’ah, az- Zuhdu, mempelajari Ilmu Syar’i, menjaga sunan dan adab, tawakal, al-Ikhlas, al-Uzlah, dan menjaga waktu.
"Selalu merasa cukup atas segala pemberian Allah SWT makna sederhana dari qana’ah. Pelaksanaan qana’ah ialah meninggalkan segala sesuatu yang disenangi nafsu dengan serba mewah, seperti : makanan, pakaian, tempat tinggal dan semua perabotan rumah".
Demikian uraian dalam Buku “Jalan Menuju Allah” karya KH. Moch Jamaluddin Ahmad. Berikut penjelasan lengkapnya:
Kemudian pelaksanaan yang kedua yaitu rela menerima pemberian Allah yang hanya sedikit. Seperti makanan sekadar hanya untuk menghilangkan lapar, pakaian sekedar untuk menutup aurat, dan rumah sekedar untuk menolak panas dan hujan.
Sabda Rasulullah SAW
Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya Allah apabila mencintai hamba-Nya, maka Allah memberi rizkinya pas-pasan.”
Hadits tersebut bermakna bahwa rezeki yang diberikan oleh Allah sekadar cukup untuk kebutuhannya, tidak lebih dan tidak kurang, karena apabila lebih maka dapat berakibat durhaka, dan apabila kurang maka akan berakibat merasa susah (sedih).
Sahal bin Abdillah At-Tustari r.a berkata dalam kitab Kifayatul Atqiya’:
إجتمع الخير كله في أربع خصال ربها صار الأبدال أبدالا، إخماص البطون والصمت والخلوة والسهر
Semua kebajikan terkumpul dalam empat hal, dan dengan empat hal itu para wali menjadi wali Abdal: 1. Perut yang lapar 2. Diam (tidak membicarakan hal yang tidak berfaedah) 3. Menyendiri 4. Terjaga di malam hari.
Dari penjelasan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa orang yang qana’ah akan terhindar dari sifat-sifat yang tercela, meliputi; rakus kepada dunia (الحرص) , mengharapkan pemberian orang lain (الطمع), dengki kepada orang lain yang mendapat kenikmatan Allah ( الحسد), tidak sabar apabila ditakdirkan Allah mendapatkan rezeki hanya sedikit (عدم الصبر الفقر), selalu ingin memiliki hal-hal mewah (الشهوة), berbuat kedzoliman dan kejahatan (المظلمة), dan lain-lain.
Demikian dalam catatan Rafiqatul Anisah, Mahasantri Mahad Aly Hasyim Asy’ari Tebuireng Jombang, dari Buku “Jalan Menuju Allah” Karya KH. Moch Jamaluddin Ahmad.