Merapi Luncurkan Awan Panas 2 Km, BPPTKG: Ada Potensi Bahaya
Aktivitas Gunung Merapi yang berada di perbatasan DIY dan Jawa Tengah terpantau masih cukup tinggi. Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) mencatat pada pukul 20.40 WIB kembali terjadi awan panas guguran dengan jarak luncuran mencapai 2.000 meter.
"Terjadi awan panas guguran terjadi pada pukul 20.40 WIB dengan jarak luncur mencapai 2.000 meter ke arah barat daya (Kali Bebeng),” kata Kepala BPPTKG Agus Budi Santoso, Minggu, 12 Maret 2023.
Sebelumnya pada pukul 19.41 WIB, Gunung Merapi juga mengeluarkan awan panas guguran dengan jarak luncur mencapai 1.500 meter ke arah barat daya. Selama pemantauan pukul 12.00-18.00 WIB, BPPTKG mengamati terjadi tiga kali awan panas guguran. Jarak luncur maksimal mencapai 1.600 meter.
Sedangkan pada pengamatan pukul 06.00-12.00 WIB, terjadi enam kali awan panas guguran dengan jarak luncur 1.500-2.500 meter mengarah ke barat daya. Meski aktivitas awan panas guguran cukup tinggi, status Gunung Merapi tetapi berada di level III atau siaga.
Potensi bahaya saat ini berupa guguran lava dan awan panas pada sektor selatan-barat daya meliputi Sungai Boyong sejauh maksimal 5 kilometer, Sungai Bedog, Krasak, Bebeng sejauh maksimal 7 kilometer.
Pada sektor tenggara meliputi Sungai Woro sejauh maksimal 3 kilometer dan Sungai Gendol 5 kilometer. Sedangkan lontaran material vulkanik bila terjadi letusan eksplosif dapat menjangkau radius 3 kilometer dari puncak. "Masyarakat agar tidak melakukan kegiatan apapun di daerah potensi bahaya," kata Agus.
Lanjut Agus, ada potensi bahaya di sisi barat laut Gunung Merapi. Potensi bahaya tersebut selain yang bersumber dari kubah lava tengah dan kubah lava sisi barat daya Merapi yang hingga kini terus mengalami pertumbuhan.
"Ada potensi bahaya yang lain di mana pada sektor barat laut (Gunung Merapi) ini terjadi pergerakan, terjadi inflasi sehingga ini juga tetap kita ingatkan kepada masyarakat untuk meningkatkan kesiapsiagaan," kata Agus.
Menurut dia, ada deformasi atau perubahan bentuk pada permukaan tubuh gunung di sisi barat laut Merapi yang terpantau selama dua tahun terakhir.
Sebelumnya, deformasi hanya terjadi pada lokasi dua kubah lava gunung api aktif itu yakni di tengah kawah dan sisi barat daya. "Ini sesuatu yang unik, selain unik juga berpotensi bahaya sehingga perlu kami sampaikan," ujar dia.
Agus menjelaskan, laju deformasi pada sisi barat laut Merapi sebesar lebih dari 15 meter dalam kurun waktu dua tahun. Perkembangan itu cukup besar jika dibandingkan deformasi saat menjelang erupsi Merapi pada 2006 dan 2010 yang kurang dari 4 meter, meski kala itu terjadi dalam tempo yang cepat.
"Besarnya (deformasi) 15 meter ini yang menjadi perhatian kami. Kami khawatir bahwa tebing dari puncak sebelah barat laut ini menjadi tidak stabil dan longsor," ujar dia.
BPPTKG terus memantau kondisi tebing beserta laju deformasi sisi barat laut gunung api itu secara intensif. "Untuk saat ini masih stabil kondisinya dan kecepatan dari deformasi juga relatif rendah, namun ini perlu kami sampaikan agar masyarakat tetap bersiap siaga," kata Agus Budi.