Merajut Kreativitas di Balik Jeruji Besi Rutan Perempuan Surabaya
Meski berada dalam keterbatasan lingkungan dan interaksi dengan masyarakat, namun tidak membatasi kreativitas warga binaan Rumah Tahanan (Rutan) khusus Perempuan Surabaya. Mereka tetap semangat berkarya untuk mengisi waktu selama menjalani binaan pemasyarakatan.
Setiap hari, puluhan warga binaan perempuan yang berlokasi di Kecamatan Porong, Sidoarjo, ini selalu disibukkan oleh berbagai macam kegiatan yang dipusatkan di Rumah Kreasi. Mereka membuat berbagai macam karya seperti sandal hotel tye dye, tas dan dompet rajut, kain batik sibori, sablon, dan memasak.
Kasubsie Bimgiat Rutan Perempuan Surabaya, Comi Henda Riswati mengatakan, pelatihan tersebut merupakan bekal bagi para warga binaan, yang bisa diterapkan sebagai mata pencaharian ketika selesai menjalani masa pembinaan.
“Kami berharap kegiatan di sini bisa diterapkan di rumah sebagai mata pencaharian ketika mereka keluar dari sini,” ucap Comi kepada Ngopibareng.id, Sabtu 13 Juni 2024.
Selain kerajinan tangan, juga ada pelatihan lain seperti kebun hidroponik, memasak, dan membuat kue (bakery). Semua pelatihan dikelola dan dikembangkan sendiri oleh pihak Rutan Perempuan Surabaya.
Untuk pemasaran, Comi seringkali memamerkan hasil karya warga rutan perempuan di seminar yang digelar pelaku UMKM atau instansi.
“Kami pernah mengikuti pameran yang diadakan instansi dan UMKM. Ke depan, akan kami kembangkan lagi terkait pemasaran,” imbuhnya.
Comi melanjutkan di sini ada kloter SPPN (Sistem Penilaian Pembinaan Narapidana) di mana setiap kloter berisi sekitar 20-25 warga binaan. “Jadi setiap warga binaan harus dibekali keterampilan dan ada penilaiannya. Setiap minggunya kloter SPP ini bergantian,” terangnya.
Sementara itu, Ayu, warga binaan asal Lamongan yang divonis 20 tahun karena kasus narkoba, terlihat sangat antusias mengikuti kegiatan tersebut. Dalam sehari ia bisa membuat satu hingga tiga helai kain batik sibori maupun tye dye.
“Tergantung motifnya, kalau tie dye sehari bisa jadi tiga helai kain. Kalau sibori sehari cuma bisa satu helai, karena harus dikaretin satu persatu agar rapi, kalau tidak rapi warnanya kecampur sehingga motifnya gak jadi,” ujar perempuan berusia 29 tahun ini.
Ayu melanjutkan, kain batik buatannya bisa dimanfaatkan untuk berbagai macam fungsi seperti pakaian, tas, dompet, sandal hotel, dan outer.
“Alhamdulillah meskipun gak banyak tapi ada saja yang beli, seringnya dari keluarga warga binaan. Sering dijadikan souvenir ketika ada tamu kunjungan di sini,” kata Ayu.
Ayu menuturkan, kegiatan tersebut sangat bermanfaat untuk mengisi waktu selama menjalani binaan di rutan dengan total 254 penghuni dari kapasitas 117 orang. Melalui pelatihan tersebut, Ayu mendapat ilmu baru cara membuat batik sibori dan tye dye yang belum pernah ia lakukan sebelumnya.
“Untuk menggerus waktu dan mencari pengalaman baru membuat kerajinan tangan di sini. Setidaknya karya saya bisa bermanfaat buat orang-orang di luar,” tutupnya.