Meraih Tangga Kualitas Takwa, Itu Tujuan Puasa
Puasa bagi umat Islam merupakan kewajiban. Sebagai mana Allah SWT berfirman dalam surah Al-Baqarah ayat 183, “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”
Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir mengatakan, tujuan puasa berarti meraih tangga kualitas takwa. Takwa menurut Ibnu Katsir yakni melaksanakan apa yang diperintahkan oleh Allah dan menjauhi segala larangannya agar hasilnya engkau dijauhkan dari neraka.
“Takwa merupakan puncak tertinggi dari kualitas keislaman dan diri dari setiap Muslim, bahkan ketika seseorang meraih takwa Ia berada pada puncak yang paling mulia. “Semulia-mulianya manusia, adalah mereka yang bertakwa”,” ungkap Haedar, dalam keterangan diterima ngopibareng.id, Senin 6 Mei 2019.
"...menjadikan setiap Muslim memiliki hubungan dengan Allah SWT, hablu minallah yang sebagus-sebagusnya, sebaik-baiknya, dan sekaligus juga memiliki hubungan dengan sesama manusia, lingkungan, dan alam atau hablu minannas yang sama baiknya," kata Haedar Nashir.
Takwa dalam konteks menjalankan perintah Allah SWT, menjauhi larangannya dan sebagaimana dipraktekkan oleh Nabi Muhammad SAW sebagai utusannya, sebagai role model atau uswah khasanah. Yakni menjadikan setiap Muslim memiliki hubungan dengan Allah SWT, hablu minallah yang sebagus-sebagusnya, sebaik-baiknya, dan sekaligus juga memiliki hubungan dengan sesama manusia, lingkungan, dan alam atau hablu minannas yang sama baiknya.
Artinya, orang yang bertakwa adalah orang yang selalu beribadah kepada Allah SWT, taqarub kepadanya dan menjalankan apa yang semestinya, sebagai hambanya dalam bentuk beribadah dan menjalankan fungsi kekhalifaan.
“Tetapi pada saat yang sama, Ia juga harus menjadi orang yang shaleh, shaleh untuk keluarganya, tetangganya, masyarakatnya, umatnya, bangsa dan kemanusiaan universal,” imbuh Haedar.
Orang yang bertakwa, lanjut Haedar, selain Ia beriman kepada Allah SWT dan menjalankan seluruh rukun iman, sebagai bukti dan komitmen keagamaanya, pada saat yang sama Ia harus menjadi orang yang baik terhadap lingkungannya, Ia menjadi sosok yang selalu bisa menahan diri sebagai mana pesan dalam puasa, menahan diri dari makan, minum, dan kebutuhan biologis yang dilarang dalam puasa sesungguhnya merupakan bentuk dari representasi manusia, agar Ia bisa menahan diri dari segala godaan duniawi, perhiasan dunia, dan dimanfaatkan sebagai mana mestinya dan tidak larut di dalamnya.
Selain itu, orang yang bertakwa, Ia akan selalu berbuat kebajikan, selalu bertindak benar, dan pantas sebagaimana nilai-nilai ajaran agama, yang dipraktekkan oleh nabi Muhammad SAW, pada saat yang sama Ia juga akan menjauhkan diri dari segala hal yang buruk, tidak benar, dan dilarang oleh agama.
“Bahkan di dalam Al-Quran disebutkan, ciri orang bertakwa adalah mereka yang mampu menahan marah, dan mereka yang bisa memaafkan orang lain,” ungkap Haedar.
Diakhir, Haedar mengajak umat Islam senantiasa menjadikan diri menjadi insan yang selalu bertakwa kepada Allah SWT dan meningkatkan kualitas takwa itu.
“Sehingga setelah kita berpuasa kita menjadi insan yang shaleh, insan yang memberikan kemanfaatan untuk orang banyak, insan yang selain bertaqarrub dan zikir kepada Allah SWT, tetapi Ia menjadi sosok yang menebarkan rahmatan lil alamin. Semoga Allah SWT memberi berkah kepada kita, selama bulan puasa dan kita menjadi insan-insan yang muttaqin,” tutur Haedar. (adi)