Meraih Ketenangan Jiwa, Ternyata Begitu Sederhana
Meraih ketenangan jiwa merupakan dambaan setiap orang, apalagi bagi seorang mukmin. Orang yang sadar akan eksistensi dirinya sebagai hamba Allah Ta'ala.
Tentu kita dituntut untuk meraih keuntungan duniawi untuk bekal mengabdikan diri kepada Sang Pencipta. Dengan bekerja keras dan berusaha sekuat tenaga. Cita-cita tinggi harus diletakkan sebagai inspirasinya.
Ada pesan-pesan menarik dari shalafush shalih, ulama terdahulu, untuk bisa kita renungkan di masa-masa kita sekarang.
Al-Imam Ibnul Qoyyim rahimahullah berkata :
من وَطَّنَ قلبَه عند ربه سكن واستراح، ومن أرسله في الناس اضطرب واشتد به القلق
"Barangsiapa memfokuskan hatinya kepada Rabbnya maka ia akan tenang dan nyaman, Dan barangsiapa memfokuskan hatinya kepada manusia maka ia akan goncang dan sangat gelisah."
لا ترج فعل الصالحات الى غد لعل غدا ياءتي وانت في اللهدي
"Janganlah kau tunda-tanda untuk beramal saleh sampai besok, karena mungkin besok masih ada, tetapi kamu besok mungkin sudah tiada. "
Maka dari itu mumpung masih ada waktu dan kesempatan hidup yang Allah berikan kepada kita, marilah kita manfaatkan waktu dan kesempatan tersebut dengan sebaik-baiknya dengan beramal beribadah dan berbuat kebajikan dengan sebaik-baiknya, dengan hati yang tulus ikhlas fokus hanya mengharapkan ridha-Nya.
Tak Ada yang Tahu yang Ghaib Selain Allah Ta'ala
Hakikat beragama adalah juga percaya pada hal-hal yang sifatnya ghaib. Hal-hal yang tak terketahui dengan kesadaran normal biasa, melainkan dengan kesadaran mata batin.
Demikian pula yang terjadi pada Rasulullah Muhammad Shallallahu alaihi wasallam (Saw).
عَنْ عَائِشَةَ رَضِىَ اللهُ عَنْهَا قَالَتْ مَنْ حَدَّثَكَ أَنَّ مُحَمَّدًا صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَأَى رَبَّهُ فَقَدْ كَذَبَ وَهُوَ يَقُوْلُ ( لاَ تُدْرِكُهُ الْأَبْصَارُ ) وَمَنْ حَدَّثَكَ أَنَّهُ يَعْلَمُ الْغَيْبَ فَقَدْ كَذَبَ ، وَهُوَ يَقُوْلُ لاَ يَعْلَمُ الْغَيْبَ إِلاَّ اللهُ
Dari Aisyah rah. ia berkata :
"Barang siapa menceritakan kepadamu bahwa Muhammad Shallallahu alaihi wasallam (Saw) melihat Tuhannya berarti ia telah dusta, karena Allah berfirman : ( Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata ), ( Q. S. Al-An'am : 103 ), dan barang siapa menceritakan kepadamu bahwa ia tahu yang ghaib, berarti ia telah dusta, sebab Muhammad bersabda : " Tidak ada yang tahu yang ghaib selain Allah. " Demikian Hadits Riwayat Bukhari no . 7380.
"Semoga kita dan seluruh keluarga kita selalu bertaqwa kepada Allah, selalu taat kepada Rasulullah, selalu mendapat syafaat di akhirat. Amin....!!!"
Demikian tausiyah pagi bersama Ustadz Keman Almaarif. Semoga bermanfaat.
Advertisement