Meraih Kebenaran dengan Iman, Ini Renungan Rajab Gus Mus
Beragama itu menerima kebenaran dengan iman dalam hati bukan dengan akal. Demikian pesan Ustaz Ma'ruf Khozin.
Bagaimana mungkin Nabi Musa dapat membelah lautan dengan tongkat? Bagaimana mungkin Nabi Sulaiman memiliki prajurit dari kalangan Jin dan hewan serta berdialog dengan mereka?
Bagaimana mungkin Nabi Ibrahim selamat dari api yang membakarnya? Bagaimana mungkin Nabi Isa dapat menghidupkan nyawa orang yang sudah mati?
Bagaimana mungkin penghuni goa bisa hidup lagi setelah tertidur 300 tahun?
Di pagi hari setelah Nabi Muhammad mengabarkan kejadian isra mi'raj semalaman memang banyak yang meragukan kebenarannya sehingga mereka kembali ke agamanya semula. Semoga kita saat ini tidak keluar dari keimanan ini.
وَمَا جَعَلْنَا الرُّؤْيَا الَّتِي أَرَيْنَاكَ إِلَّا فِتْنَةً لِّلنَّاسِ
(Al-'Isrā': 60)
"Dan Kami tidak menjadikan peristiwa isra' yang telah Kami perlihatkan kepadamu, melainkan sebagai ujian bagi manusia..."
Untuk lebih mendalami keimanan, KH Ahmad Mustofa Bisri, Pengasuh Pesantren Raudlatut Thalibin Rembang menyampaikan renungan berikut.
Renungan Rajab
Bisakah kita menjumpai penguasa tertinggi negeri ini, presiden misalnya, atau setidaknya petinggi tertinggi propinsi kita, gubernur, kapan saja kita mau?
Kalau pun bisa, paling setahun sekali, pada saat diadakan acara open house.
Nah ini Penguasanya petinggi yang Mahatinggi, Penguasa segala, mengadakan open house sehari lima kali.
Bukankah ini Kemurahan yang luar biasa bagi hamba sekecil kita ini? Bahkan tidak itu saja.
Ia bahkan membuka pintu untuk kita kapan saja.
Tengah malam atau dini hari sekali pun, Ia menerima pesowanan kita.
Malah menawarkan, "Adakah yang punya hajat? Adakah yang memohon ampun? Adakah yang ingin meminta sesuatu?"
Lalu bagaimana kita yang kerdil ini menyikapi KemahamurahanNya itu?
Apakah kita penuh semangat menghadap, sebagaimana misalnya bila kita diterima presiden atau gubernur?
(Gus Mus)
Selamat Isra'Mi'raj 1442 H