Meraih Kebahagiaan, Bekerja dalam Diam, Bekerja dengan Cerdas
Kebahagiaan jika diartikan secara singkat adalah perasaan senang tanpa beban, tidak diikuti rasa takut atau penyesalan.
Kebahagiaan yang menenangkan jiwa adalah kebahagiaan yang muncul dari kebaikan.
"Semoga rasa bahagia kita cukup berasal dari hal-hal yang baik saja, Ya Allah semoga dimudahkan.. Amin," demikian pesan KH Mohammad Nailur Rochman, Ketua Rijalul Ansor Jawa Timur.
Gus Amak, panggilan akrab Pengasuh Pesantren Bayt Al-Hikmah Kota Pasuruan ini melanjutkan pesan-pesan Keislamannya:
Bekerja dalam diam, bekerja dengan cerdas
Ingin membantu Palestina tidak bisa gegabah. Pemerintah Indonesia memiliki komitmen yang jelas terhadap Palestina, posisi Indonesia sangat jelas, yaitu bersama Palestina dalam setiap helaan nafas politik luar negerinya (baca: diplomasi).
Mayoritas ulama di Indonesia yang terkumpul dalam Nahdlatul Ulama juga sudah menyatakan posisinya terhadap Palestina sejak tahun 1938. Terbukti ada sikap tegas PBNU berupa solidaritas menyampaikan bantuan sembari mengajak masyarakat bemunajat dengan doa qunut nazilah. Kedua komitmen ini tidak pernah bergeser sampai detik ini.
Ada yang membela Palestina melalui Politik Luar Negeri, ada yang membela melalui munajat dan nasehat. Keduanya sudah tepat sesuai porsi dan posisinya masing-masing.
Kosisten, Komitmen Bela Palestina Merdeka
Yang saya takjub...
Sekarang ada yang teriak membela Palestina sambil merendahkan Martabat negaranya, pemimpinnya, benderanya dan bangsanya sendiri. Teriak untuk membebaskan negara lain dari penjajahan, negaranya sendiri yang sudah merdeka dan damai malah mau dijajah kembali. Gara-gara konflik Palestina, lagi lagi mereka mulai bikin gaduh di negara sendiri. Lagi lagi ada yang mulai menyalahkan sistem dan pemerintah, ada label yahudi pesek, yahudi nusantara, bendera pun ikut dibahas pula.
Yuk lebih cerdas mengamati fenomena ini...
Belajar dari Pengalaman Suriah
Suriah yang indah dan damai bisa hancur karena seruan fatwa yang menyesatkan seperti diatas, negara-negara mayoritas muslim lain pun mengalami nasib serupa karena ada segelintir kelompok yang menggebu-gebu berjihad (katanya), padahal yang mereka perangi adalah sesama muslim di negara-negara yang sudah normal dan stabil (aman dan damai). Sudah gak ada perang malah justru dibuat berperang, bukan melawan penjajah melainkan saudaranya sendiri. Hmm...
Kenapa Al-Qaeda, ISIS dan kelompok-kelompok pengibar bendera "hitam" itu tidak perang di Palestina saja untuk melawan Israel? Kenapa menduduki banyak negara di Timur Tengah, Kenapa tidak menduduki Israel saja dari dulu? Kenapa yg diperangi malah negara yg mayoritas muslim? Jangan2 para jihadis itu kepanjangan tangan Israel? Jangan-jangan, ah sudahlah...
Inilah fitnah, ini bukan hanya urusan agama, ini adalah kezaliman dan kebusukan yang dibungkus dengan dogma agama.
Menjual Isu Kemanusiaan
Banyak kelompok teroris yang didanai oleh lembaga-lembaga yang menjual kemanusiaan, menjual penderitaan saudaranya untuk mencari empati dan donasi. Tagar-tagar solidaritas Save ini - Save itu dan sekian slogan aksi kemanusiaan yang lain harus dicermati dan diwaspadai, benarkah aksi solidaritas untuk menarik donasi itu masuk melalui jalur penyaluran yang tepat dan disalurkan kepada orang yang tepat? Jangan2 donasi kita selama ini justru untuk membantu para pemberontak yang membuat gaduh di dunia Islam? Jangan2, agh sudahlah...
Penting sekali untuk menjadi masyarakat yang lebih cerdas, lebih berhati-hati dalam menunjukkan solidaritas dan menyalurkan donasi, jangan asal cepat teriak, jangan asal cepat transfer.
Konflik Palestina tidak bisa diselesaikan dengan berkoar-koar, karena ada pepatah: tong kosong nyaring bunyinya. Jika ada aktor intelektual yang bekerja dalam diam untuk menyuburkan konflik sektarian, radikalisme dan terorisme, maka harus ada aktor intelektual yang bekerja dalam diam dan cerdas untuk menyuburkan perdamaian, perikemanusiaan dan ajaran agama yang menyejukkan.
Sekadar cara pandang pribadi yang masih awam dan hanya hobi ngopi, tidak harus benar di mata siapapun. Wallahu a'lam bis showab..
Demikian pesan-pesan Gus Mamak, putra KH Idris Hamid Pasuruan.