Meraih Derajat Insan Kamil, Rumusan Syaikh Abdul Karim Jili
Insan Kamil merupakan suatu maujud yang menjadi tujuan penciptaan alam eksistensi. Keberadaannya menjadi tujuan akhir penciptaan. Dalam konteks umum, Insan Kamil adalah Manusia Sempurna, sebagaimana diwujudkan dalam diri Rasulullah Muhammad Shallahu alaihi wasallam.
Sebelum munculnya istilah Insan Kamil lewat Ibnu Arabi, Bayazid Bastami telah menggunakan kata “Al-Kamil At-Tamam” terhadap orang yang telah sampai pada maqam ketinggian maknawi.
Setelah Bayazid, Al-Hallaj (wafat tahun 309 Hijriah) mengulas tentang orang yang telah melewati semua tingkatan-tingkatan kesempurnaan dan menjadi mazhar kesempurnaan sifat-sifat Ilahi serta telah sampai pada maqam “Ana al-Haq”.
Sesudah Al-Hallaj, Nashir Khosru Qabadyani (394-481 Hijriah) berbicara tentang “Adam Maknawi” dan “Hawa Maknawi”. Akan tetapi sebagaimana telah diisyaratkan, orang yang pertama kali menggunakan istilah Insan Kamil adalah arif Andalusia Syekh Ibnu Arabi (560-638 Hijriah) dan dialah orang yang pertama menggunakan istilah ini dalam Irfan Islami serta menuliskannya dalam kitab-kitabnya, termasuk pada kitab masterpicenya “Fushush Al-Hikam”.
Setelah Ibnu Arabi, Azizuddin Nasafi (630-700 Hijriah), orang pertama dalam dunia Islam yang menulis nama “Insan Kamil” dalam keseluruhan risalah irfannya yang berjumlah 22 Risalah dalam bahasa Persia. Sesudah Nasafi, Abdul karim Jili (wafat 805 Hijriah), memilih judul kitabnya dengan “Al-Insan Al-Kamil” serta membahasnya dengan bahasan apik dalam Irfan Islami.
Dalam konteks ini, Manusia Sempurna merupakan suatu maujud dimana Tuhan menyaksikan kesempurnaan-kesempurnaan Dzat-Nya yang gaib mutlak lewat cermin maujud tersebut dan ia adalah satu-satunya maujud yang mampu mengabstrakskan cermin Hak Swt serta menjadi mazhar sempurna-Nya.
Syaikh Abdul Karim Jili dalam hal ini berkata: Insan Kamil merupakan cermin Haq Subhanahu wa ta'ala (Swt) dan Dia memestikan diri-Nya tidak menyaksikan nama-nama dan sifat-sifat-Nya (secara sempurna) kecuali dalam diri Insan Kamil. Dan ini makna dari ayat Tuhan:
«انّا عرضنا الامانة علی السموات و الارض و الجبال فابين ان يحملنها و اشفقن منها و حملها الانسان».
“Sesungguhnya Kami telah menawarkan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung; tetapi semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir tidak melaksanakannya, lalu dipikullah amanat itu oleh manusia” (QS: Ahzab: 72).
Ia dalam bagian lain kitabnya berkata:
اعلم حفظک الله أنّ الانسان الکامل هو قطب الذی تدور عليه افلاک الوجود من اوله الی آخره، وهو واحد منذ کان الوجود الی ابد الابدين، ثمّ له تنوّع فی ملابس و يظهر فی کنائس، فيسمّی به باعتبار لباس، ولا يسمّی به باعتبار لباس آخر؛ فاسمه الاصلی الذی هو محمّد (ص)، و کنيته ابوالقاسم، و وصفه عبدالله، و لقبه شمس الدّين... .
Ketahuilah, semoga Allah menjagamu! Sesungguhnya Insan Kamil adalah Qutub yang menjadi pusat berputarnya aflak wujud dari awal hingga akhir. Dan ia dari awal hingga akhir penciptaan tidak lebih dari satu, akan tetapi menampak dalam wajah-wajah yang beragam. Nama aslinya adalah Muhammad Saw, Kunyahnya Abul Qasim, dan penyifatannya Abdullah, serta laqabnya Syamsuddin.
Ia juga pada awal bab enam puluh dari kitab “Al-Insan Al-Kamil” berkata: Bab ini tentang Insan Kamil, yakni Baginda Nabi Muhammad Saw yang merupakan misdak (wujud eksternal) Insan Kamil, dan adapun para nabi as dan para wali lainnya mengikut dan bergabung padanya dikarenakan mengikut dan bergabungnya sempurna kepada lebih sempurna serta dikarenakan ternisbahnya utama terhadap lebih utama.
Demikian semoga bermanfaat.