Menyambut Lailatul Qadar, Ulama: Jangan Acuh Tak Acuh!
Sepuluh malam terakhir pada bulan Ramadan, umat Islam berkesempatan meraih ganjaran atau pahala berlimpah. Karena itu, janganlah bersikap acuh tak acuh. Sebagai dipesankah Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam (SAW) dalam haditnya.
DariAbu Hurairah R.a, Nabi SAW bersabda:
مَنْ قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
Barang siapa yang telah mendirikan (Qiamullail) malam Al- Qadar dengan penuh keimanan dan penghayatan (pengharapan), diampunkan baginya dosa-dosanya yang terdahulu. (Hadits Riwayat Imam Bukhari dan Muslim)
8 Hal Penting Penjelasan Hadits
1. Mendirikan Lailatul Qadar ialah menghidupkan malam Al- Qadar dengan ibadah yang telah diajar oleh Nabi SAW. Seperti Terawih, Tahajjud, Witir, membaca Al-Quran dan sebagainya.
2. Yang mesti dilakukan dengan penuh keimanan dan penghayatan serta mengharapkan ridha dan rahmat Allah SWT sebagai syarat untuk mendapat keampunan Allah SWT dari usaha menghidupkan malam yang lebih baik dari 1000 bulan tersebut.
3. Melakukan amalan dengan sikap acuh tak acuh, ikut ikutan, sambil lalu dan berlebih kurang, malah bersalut riya’ (menunjuk-nunjuk) serta u’jub (rasa hebat diri karena boleh bangun malam untuk beramal) adalah antara yang boleh menafikan syarat untuk mendapat keampunan Allah SWT.
4. Dalam hadits yang terdahulu, Nabi SAW menegaskan supaya kita mencari (تحروا) Lailatul Qadar. Artinya kita diperkenankan berusaha mendapatkannya dengan benar-benar serius melakukan amal ibadah.
5. Bukan sekadar menanti. Kalau dapat Alhamdulillah, kalau tak dapat apa boleh buat, aku tak berusaha. Sedang usaha untuk bangun dan beramal itu tidak dilakukan dengan bersungguh-sungguh. Apatah lagi untuk melakukan amal dengan penuh iman dan harap ridha daripada Allah SWT.
Lihat saja bagaimana Abu Hurairah Ra. telah riwayatkan bahwa Nabi SAW telah menegur dengan sabdanya:
رُبَّ صَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ صِيَامِهِ إِلَّا الْجُوعُ، وَرُبَّ قَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ قِيَامِهِ إِلَّا السَّهَرُ
Boleh jadi orang yang berpuasa itu tidak mendapat apa-apa daripada puasanya melainkan lapar dan boleh jadi orang yang beribadah malam itu tidak mendapat apa-apa daripada ibadah malamnya melainkan hanya berjaga malam. (Riwayat Ibnu Majah. - Hadis Shahih)
6. Jangan sia-siakan peluang yang Allah SWT kurniakan kepada kita pada bulan Ramadan. Kelebihan malam Al- Qadar yang lebih baik dari 1000 bulan ini sangat lumayan tawarannya.
7. Bersabarlah pada 10 malam terakhir dengan beribadah penuh setiap malamnya. Tanpa perlu menebak-nebak malam tertentu saja untuk beramal atau mereka-reka seperti bermain buah dadu untuk memilih malam untuk dipilih sebagai Lailatul Qadar.
8. Rahasia umum untuk dapatkan Lailatul Qadar ialah dengan beribadah setiap malam Ramadan khususnya malam 10 akhir. InsyaAllah, kita akan dapat meraih Lailatul Qadar..
Demikian pesan Ust Nasrudin bin Hassan at Tantawi, Pengasuh Pondok Pengajian Turath Amanullah Sungai Choh Selangor, Malaysia.
Doa Puasa dan Fadhilah Tarawih
اَللَّهُمَّ اجْعَلْنِيْ فِيْهِ مُحِبًّا لِأَوْلِيَائِكَ وَ مُعَادِيًا لأَعْدَائِكَ مُسْتَنّا بِسُنَّةِ خَاتَمِ أَنْبِيَائِكَ يَا عَاصِمَ قُلُوْبِ النَّبِيِّيْنَ
Allâhummaj’alnî fîhi muhibban li awliyâika wa mu’âdiyan lia’dâika mustanan bisunnati khâtami anbiyâika yâ ‘âsima qulûbinnabiyyîn
Artinya :
”Ya Allah, jadikanlah aku di bulan ini lebih mencintai para wali-Mu dan memusuhi musuh-musuh-Mu. Jadikanlah aku pengikut sunnah Nabi penutup-Mu. Wahai yang menjaga hati para nabi
Fadilah Shalat Tarawih
وفى ا لليلة السادسة و العشرين يرفع الله له ثوابه أربعين عاما
Dan pada malam keduapuluh enam, pahala baginya ditingkatkan selama 40 tahun. Disadur dari kitab Durratun Nashihin, karya Syaikh Usman bin Hasan bin Ahmad, ulama' besar bermadzhab Hanafi, halaman 19.
Dzikir Harian
اَللَّهُمَّ بِكَ أَصْبَحْنَا، وَبِكَ أَمْسَيْنَا، وَبِكَ نَحْيَا، وَبِكَ نَمُوْتُ، وَإِلَيْكَ النُّشُوْرُ.
أَصْبَحْنَا عَلَى فِطْرَةِ اْلإِسْلاَمِ وَعَلَى كَلِمَةِ اْلإِخْلاَصِ، وَعَلَى دِيْنِ نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَعَلَى مِلَّةِ أَبِيْنَا إِبْرَاهِيْمَ، حَنِيْفًا مُسْلِمًا وَمَا كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ
Sayyidul Istighfar
اللّٰهُمَّ أَنْتَ رَبِّي لآ إِلٰهَ إِِلآّ أَنْتَ ، خَلَقْتَنِي وَأَنَا عَبْدُكَ وَأَنَا عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَا اسْتَطَعْتُ ، أَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا صَنَعْتُ ، أَبُوْءُ لَكَ بِنِعْمَتِكَ عَلَيَّ وَ أَبُوْءُ بِذنْبِي، فَاغْفِرْلِيْ ، فَإِنَّهُ لاَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ إلاَّ أَنْتَ
Artinya:
“Ya Allah, Engkaulah Tuhanku. Tidak ada Tuhan selain Engkau. Engkau sudah menciptakanku, dan aku adalah hamba-Mu. Aku akan berusaha selalu ta’at kepada-Mu, sekuat tenagaku Yaa Allah. Aku berlindung kepada-Mu, dari keburukan yang kuperbuat. Kuakui segala nikmat yang Engkau berikan padaku, dan kuakui pula keburukan-keburukan dan dosa-dosaku. Maka ampunilah aku ya Allah. Sesungguhnya tidak ada yg bisa mengampuni dosa kecuali Engkau.”
Shalawat Fatih
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدِ، الْفَاتِحِ لِمَا أُغْلِقَ وَالْخَاتِمِ لِمَا سَبَقَ، نَاصِرِ الْحَقِّ بِالْحَقِّ، وَالْهَادِي إِلَى صِرَاطِكَ الْمُسْتَقِيْمِ وَعَلىَ آلِهِ حَقَّ قَدْرِهِ وَمِقْدَارِهِ العَظِيْمِ .
Semoga hari ini lebih baik dari hari sebelumnya
زيني الياس