1 Januari, di Kedai Cak Widi
Tak ada yang istimewa dari malam tahun baru di Taman Bungkul, Surabaya. Tepat pukul 00.00 1 Januari 2018, semua mobil, motor dan pejalan kaki berhenti.
Jalan Darmo dua arah penuh, sesak dan tak bisa bergerak. Entah apa yang dicari, semua pandangan ke angkasa menunggu letusan kembang api. Namun letusan itu tak pernah ada kecuali hanya kembang api kecil yang mereka bawa sendiri dari rumah.
Taman Bungkul dan Jalan Darmo hanya penuh orang, tak ada hiburan, pun pesta kembang api seperti yang dibayangkan jutaan warga yang rela mengantri untuk sekadar berdiri terpaku di taman Bungkul.
Sudah dua tahun, setiap pergantian tahun memang tak ada lagi pesta mewah kembang api yang dulu kerap dilakukan Pemerintah kota dengan dalih hiburan rakyat.
Beruntung di pergantian tahun kali ini sebuah kedai kopi milik Cak Widi berdiri. Di temaram lampu yang tak mewah, Cak Widi telaten mengaduk setiap cangkir yang dipesan beberapa bapak yang tak tahan berdiri mengantar manja istri maupun anaknya menikmati hiburan tak jelas ala Taman Bungkul.
Beruntung ada Kedai Cak Widi, kopi ala baristanya memikat para pengunjung Taman Bungkul. Mereka-pun akhirnya bisa melepaskan kepenatan taman Bungkul dengan secangkir kopi Cak Widi.
Bagian sebagian dari jutaan warga di Taman Bungkul, Kedai Cak Widi bak pahlawan. Kedai berlabel "ngopi Karo Om" ini seakan menjadi belikan di tengah onggokan angan kosong menanti hiburan malam di taman Bungkul yang kosong. "Terimakasih Cak Widi, kopimu membuat malam tahun baruku tak lagi sendu"..(wah)