Pakar Sebut Penyemprotan Disinfektan di Jalan Tidak Efektif
Berbagai cara dilakukan oleh pemerintah provinsi maupun kota untuk mencegah meluasnya pandemi Covid-19. Salah satu caranya ialah melakukan penyemprotan disinfektan massal di jalan raya maupun ke penguna jalan.
Ternyata, menurut Prof Dr rer nat Fredy Kurniawan MSi, Guru Besar Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), hal tersebut tidak efektif.
"Semprotan (disinfektan) di jalan tidak kami rekomendasikan. Di jalan kadarnya bisa berkurang, yang disemprot berapa yang tersebar berapa. Bakteri bukan malah mati tapi bisa mutagen, bakterinya bisa kebal," jelasnya.
Guru besar ITS yang akrab disapa Prof Fredy ini mengatakan, penyemprotan di jalan secara massal bisa dilakukan bila ada perhitungan dari ahlinya. Tapi cara ini merupakan pilihan terakhir yang harus dilakukan.
"Memang ada kemungkinan bisa tidak bisa cara tersebut harus digunakan. Tapi semprot diinfetan di jalan (cara) terakhir sebenarnya," ungkap Prof Fredy.
Sebab residu yang tertinggal saat penyemprotan masal, kata Prof Fredy, bisa berbahaya bagi mahluk hidup lain. Jadi ini harus dipertimbangakan.
"Sebenarnya cara inikan pernah digunakan saat flu burung dan menyebabkan residu, sehingga banyak ikan di sungai mati dan sebagainya," jelasnya.
Dia menambahkan, penyemprotan disinfektan pada penguna jalan juga berbahaya, bila tidak mengunakan bahan antiseptik yang memang dipergunakan untuk jaringan hidup.
"Kalau bahannya sama dengan yang diseprotkan di jalan. Itu berbahaya karena bahan kimia tak diperuntukan untuk kulit. Kalau untuk jaringan hidup atau diseprot ke manusia ada bahannya sendiri yakni antiseptik," paparnya.
Saat ditanya, apa efek cairan disinfektan yang bukan untuk manusia ketika disemprotkan ke manusia. Prof Fredy mengatakan, tergantung dari bahan yang digunakan. Karena setiap bahan kimia memiliki resiko masing-masing.
"Tergantung bahan yang dipakai apa, ada yang bersifat karsinogenik, ada yang bisa menyebabkan pneumonia. Jadi memang harus berhati-hati bila mengunakan bahan kimia," tandasnya.