Menunggu Berhenti Makan, Ini Lelucon Khas Madura
Seorang cerpenis yang pengusaha penerbitan di Jogjakarta, Edi Mulyono, mempunyai cerita unik terkait lelucon orang Madura. Kali ini, ia bertutur soal kisah Kiai M Faizi, Pengasuh Pesantren An-Nuqayah Guluk-guluk Sumenep, Madura, ketika menghadapi tamu di pesantrennya. Berikut catatannya:
Suatu hari, Kiai Faizi kedatangan tamu asing. Bule. Bule ini bisa bahasa Indonesia.
Setelah berbincang banyak, tibalah saat jamuan. Semua tamu memang dijamu, tanpa kecuali. Kecuali saya sudah dua kali ding tak dikasih makan. Ini jelas menyalahi tradisi adiluhung. Jan....
Kiai Faizi tentu menemani makan. Tabu bagi tuan rumah berhenti makan sebelum tamu berhenti.
Gawatnya, tamu asing ini berpikiran sebaliknya. Menurutnya, tabu bagi tamu berhenti makan sebelum tuan rumah berhenti makan.
Nah, jadilah adegan makan ini berlangsung lama sekali. Rasa kenyang tentu sudah sangat luar biasa, sekalipun cara makan keduanya telah diubah mode timik-timik.
Akhirnya, Kiai Faizi menyerah. Ia meletakkan piring dan berkata kepada tamunya, "Maaf, ya, Bule, saya mohon izin berhenti duluan. Sudah ndak kuat. Silakan anda lanjutkan, saya tunggui....."
Tamu itu serentak meletakkan piring. "Wah, Kiai ini kuat juga ya makannya."
"Kuat? Ndak, saya dari tadi hanya nunggu anda selesai makan kok."
"Waduh, saya juga nunggu Pak Kiai selesai makan, lho...."
Keduanya terbahak, lalu bersalaman geli, lalu berpelukan.
"Setelah berbincang banyak, tibalah saat jamuan. Semua tamu memang dijamu, tanpa kecuali. Kecuali saya sudah dua kali ding tak dikasih makan. Ini jelas menyalahi tradisi adiluhung. Jan...."