Menuju Indonesia Emas, Ini Lho Modalnya
Salah satu faktor utama yang membuat Indonesia menjadi satu-satunya anggota ASEAN sebagai anggota G-20 dengan produk domestik bruto (PDB) di urutan ke-16 dunia dan PDB berdasarkan paritas daya beli (purchasing power parity/PPP) di urutan ke-7 dunia adalah karena jumlah penduduknya yang tergolong besar.
Pada tahun 1950, penduduk Indonesia berjumlah 79,5 juta jiwa, terbesar keenam di dunia. Pada tahun 2020 posisi Indonesia di urutan keempat dengan sekitar 270 juta jiwa. Pertumbuhan penduduk yang melambat akan membuat urutan Indonesia turun satu peringkat pada 2050. Posisi Indonesia digantikan oleh Pakistan.
Jumlah penduduk yang besar bisa jadi beban sekaligus sumber kekuatan atau penggerak pembangunan. Indonesia cukup beruntung karena hingga perayaan 100 tahun kemerdekaan nanti, jumlah penduduk produktif (usia kerja) masih tetap sangat dominan, sekitar dua pertiga populasi total.
Pada tahun 2017, jumlah penduduk usia produktif Indonesia mencapai 41 persen dari keseluruhan penduduk usia produktif ASEAN.
Dengan kelas menengah yang terus tumbuh, Indonesia niscaya menjadi incaran investor dari berbagai belahan dunia. Tenaga kerja tersedia, pasar sangat potensil, dan sumber bahan baku cukup melimpah dan beragam.
Di ASEAN, Singapura dan Brunei Darussalam sudah menjadi negara berpendapatan tinggi. Jadi tidak terlalu menjadi persoalan ketika penduduknya menua (ageing). Sementara itu, Malaysia dan terutama Thailand masih berada di kelompok negara berpendapatan menengah-atas tetapi penduduknya mulai menua. Kedua negara ini perlu lebih waspada menghadapi ancaman middle-income trap.
Ada pun Myanmar, Kamboja, dan Laos masih bergelut di zona pendapatan rendah. Jika cermat mengelola sumber daya manusianya dan sukses melampaui transisi demokrasi, mereka berpotensi melesat. Tantangan Vietnam lebih berat. Pendapatan perkapita Vietnam masih lebih rendah dari Indonesia tetapi sudah mulai memasuki fase ageing.
Indonesia lebih beruntung. Dalam satu-dua tahun ke depan Indonesia bisa merangsek ke kelompok negara berpendapatan menengah-atas. Penduduknya pun masih tergolong muda.
Segenap potensi yang kita miliki harus didayagunakan sedini mungkin agar bisa terus melaju dan terhindar dari middle-income trap, sehingga pada 2045 nanti bisa menyandang sebagai negara maju berpendapatan tinggi, rakyatnya sejahtera dalam harmoni.
*) Faisal Basri adalah ekonom UI. Tulisan ini diambil dari blog pribadi atas izinnya.
Advertisement