Menuju 15 Ribu, Petisi UI Desak Arteria Dahlan Minta Maaf
Anggota DPR RI dari Fraksi PDIP Arteria Dahlan mendapat kecaman di media sosial karena dianggap temperamental saat berinteraksi dengan ekonom senior Emil Salim.
Suaranya sempat meninggi ketika Emil Salim mengatakan KPK juga menyerahkan laporan pada DPR. Ia juga menyebut Emil Salim sesat sambil menunjuk-nunjukkan jari telunjuknya.
Buntut dari sikap Arteria Dahlan tersebut, akun Universitas Indonesia (UI) membuka lembar petisi di change.org menuntut permintaan maaf secara terbuka, lisan dan tulisan kepada Arteria Dahlan.
Penuntutan permohonan maaf dibuat menyusul tindakan Arteria Dahlan yang dinilai mencederai martabat seorang guru besar Profesor Emil Salim dalam acara diskusi Mata Najwa, beberapa waktu lalu.
Petisi telah ditanda tangani lebih dari 14.738 ribu orang. Dalam pengantar laman petisi, akun Universitas Indonesia menyayangkan sikap tidak terpuji Arteria Dahlan kepada Emil Salim.
"Kami sangat menyayangkan karena menilai tindakan ini adalah tindakan yang amoral dan tidak memiliki sopan santun karena tindakan dan perkataan anggota dewan tersebut melecehkan marwah dan martabat seorang guru/pendidik/akademisi yang seharusnya dicontoh dan diteladani," tulis akun Universitas Indonesia.
Masih dalam pesan tersebut, akun UI menilai acara Mata Najwa adalah acara dengan harkat atau rating yang tinggi serta dilihat oleh jutaan pemirsa dari segala usia.
"Sehingga kejadian ini akan menimbulkan dampak tidak langsung terhadap nilai budi pekerti, kesantunan dan moral bangsa," lanjut tulisan tersebut.
Targetnya petisi itu ditandatangani 15 ribu orang.
Sementara itu, Direktur Eksekutif Lembaga Penelitian, Pendidikan, dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES), Fajar Nursahid, juga mengkritik sikap Arteria Dahlan.
LP3ES menyayangkan cara Arteria Dahlan berdebat dengan Emil Salim. Ia menyebut Arteria miskin agumentasi, bukti, hingga etika.
"Menyayangkan dan mengecam cara Arteria Dahlan dalam berdebat dengan Emil Salim, yang tidak hanya miskin argumentasi dan bukti-bukti, namun juga miskin etika dan etiket. Penampilan Arteria merefleksikan ketidakmengertiannya akan tiga kaidah penting yang mesti dipatuhi dalam retorika, sebagaimana diuraikan oleh filsuf Yunani Aristoteles: ethos, pathos, dan logos," kata Fajar.
Ia pun mengimbau Arteria Dahlan belajar etika dan ilmu retorika agar memahami cara berdebat yang benar. Fajar menyebut Arteria Dahlan membuat suasana politik keruh.
"Mengimbau Arteria Dahlan untuk belajar etika dan ilmu retorika agar dia mengerti cara berdebat dengan benar dan dengan jiwa yang bersih agar menyejukkan kehidupan politik dan demokrasi di Indonesia ini. Demokrasi akan kehilangan kesejukannya jika dunia politik diisi oleh anggota dewan yang terhormat semacam Arteria Dahlan ini," tuturnya.