Mentoring Manajemen Diri di Era Pandemi Covid-19
Oleh: Yunda Megawati dan Sukma Nurmala
Di era pandemi Covid-19, tiap organisasi perlu melakukan perubahan di dalam sistem kerja. Betapa pun tiap perubahan berpotensi menimbulkan penolakan. Karena menyebabkan perubahan kebiasaan, rasa aman, faktor ekonomi, ketakutan atas hal yang tidak diketahui.
Salah satu aspek yang mempengaruhi perilaku individu dalam upaya menyesuaikan diri dengan perubahan adalah konsep diri.
Untuk membangun konsep diri yang positif, individu perlu memiliki pengetahuan terkait dengan gambaran dirinya. Selain itu, perlu juga untuk mengetahui apa yang individu tersebut inginkan. Konsep diri yang positif dapat ditempuh dengan cara positive self-talk (berdialog dengan diri sendiri menggunakan kalimat positif), menerapkan self-care (bentuk aktivitas yang dilakukan untuk menjaga kesehatan fisik, emosional, dan mental), serta menerima diri dengan segala kelebihan dan kekurangannya.
Hasil survei singkat pada pegawai Ditjen Otda Kemendagri menunjukkan bahwa sebesar 20% partisipan peka terhadap kritikan dan mampu memperbaiki diri, 18% partisipan merasa yakin atas kemampuannya serta responsif terhadap ujian, 8% merasa setara dengan orang lain, 6% menerima pujian tanpa rasa malu, 4% bersikap pesimis terhadap kompetisi, dan 3% tidak pandai dan tidak sanggup dalam mengungkapkan penghargaan atau pengakuan pada orang lain, serta merasa tidak disenangi oleh orang lain.
Selanjutnya, terkait strategi dalam Manajemen Diri, yaitu usaha individu untuk mengendalikan perilakunya. Terdapat tiga langkah dalam manajemen diri, yakni self-monitoring, stimulus control, dan self-reinforcement.
Pada langkah self-monitoring, individu perlu mengamati diri dan mengenali diri secara menyeluruh, serta memahami pandangan dari tujuan individu dan tujuan lembaga.
Kemudian, pada langkah stimulus control, individu harus mengendalikan diri serta berkomitmen untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Yang terakhir, langkah self-reinforcement, individu harus aktif melakukan monitoring pada situasi lingkungan.
Pada survei terhadap pegawai Ditjen Otda Kemendagri, ditemukan hasil bahwa sebanyak 20% partisipan memiliki kemampuan emotional self-control, 18% memiliki kemampuan transparansi, kemampuan beradaptasi, serta optimisme, 15% memiliki kemampuan achievement, serta 11% memiliki inisiatif dalam bekerja.
Pegawai umumnya kesulitan mengakomodir kebijakan manajemen Human Capital yang berbeda dengan konsep diri positif. Hakekatnya memang sulit untuk mengontrol situasi eksternal. Tapi tetap ada keharusan untuk beradaptasi dgn situasi yang tak nyaman itu.
Selanjutnya secara psikologis ada problem rasa tidak percaya diri. Untuk mengatasi hal tersebut, perlu pemetaan kelebihan dan kekurangan diri, membaur dalam kegiatan yang positif, membangun pola pikir yang positif, serta memberikan reward untuk mengapresiasi pencapaian diri.
Selanjutnya ada pikiran sadar dan bawah sadar manusia dalam konsep manajemen diri yang positif. Karena itu penting memberikan asupan positif ke dalam alam bawah sadar pegawai. Residu positif akan berdampak baik pada diri. Sebaliknya, residu negatif dapat memberikan aura negatif pada diri.
Akhirnya, bagaimana cara mengoptimalkan kinerja selama work from home (WFH)? Pengorganisasian kegiatan atau membuat timeline harian akan membantu dalam menjalani aktivitasnya. Selama WFH, boleh bersikap fleksibel namun tetap harus fokus pada target kerja. Tak kalah penting adalah komunikasi dengan rekan kerja untuk tetap menjaga koordinasi tim.
*Yunda Megawati dan Sukma Nurmala, Dosen Psikologi Universitas Brawijaya