Dirindukan Wisatawan, Taman Nasional Bromo Segera Dibuka Kembali
Menteri Kehutanan dan Lingkungan Hidup Siti Nurbaya memastikan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) akan segera dibuka lagi. Rencana ini menyusul semakin membaiknya penangan Covid-19.
Sudah ada koordinasi dari Balai Besar Taman Nasional Malang dengan Satgas Penanggulangan Covid-19. Sekarang tinggal finalisasi teknis pelaksanaanya, supaya pengunjung tetap aman dari penularan Covid-19.
"Kalau TNBTS dibuka kembali, pengunjung harus tetap menjalankan protol kesehatan. Salah satunya mengenakan masker dan sudah divaksin," kata Menteri KLH melalui pesan singkat saat dikonfirmasi Ngopibareng.id, Minggu, 24 Oktober 2021.
Taman Nasional Bromo Tengger dan Semeru (TNBTS) sampai sekarang masih ditutup. Tapi antusiasme wisatawan untuk berkunjung ke Gunung Bromo cukup tinggi, meskipun tidak sebesar sebelum pandemi Covid-19.
Pengunjung tidak bisa masuk ke lautan pasir, Taman Teletubbis maupun naik ke puncak melihat kawah Gunung Bromo. Tapi wisatawan bisa melihat kemolekan Gunung Bromo dari kejauhan sambil melihat sunrise atau matahari terbit.
Suhu udara minus 4 derajat celcius pada ketinggian sekitar 2.300 meter dari permukaan laut, tak menjadi halangan meskipun pada akhirnya harus kecewa karena TNBTS masih ditutup.
Mereka kemudian membandingkan tempat wisata lain yang sudah mulai dibuka seperti Taman Impian Jaya Ancol , Bali, Surabaya dan Malang. Sedangkan TNBTS yang dibuka malah ditutup lagi.
"Kenapa tempat terbuka seperti Taman Nasional Bromo dan Tengger malah ditutup," gerutu Ataya, wisatawan domestik asal Rawa Mangun, Jakarta Timur. Mahasiswi Politeknik Kesehatan berwisata ke Bromo bersama lima orang temannya dalam perjalanan pulang dari Bali.
"Kecewa banget tidak bisa masuk ke kawasan Gunung Bromo," kata Imelda pengunjung lain yang juga teman Ataya.
Karena tidak bisa ke Bromo, akhirnya Ataya bersama wisatawan lainnya naik hingga ke Seruni Pool. Dari tempat ini mereka melihat matahari terbit dan indahnya Taman Nasional Bromo dan Tengger di pagi hari.
Tapi untuk menjangkau puncak Seruni bukan pekerjaan mudah. Selain jalan menanjak sejauh 1,5 kilometer, masih harus naik tangga lagi.
"Kalau tidak sanggup jalan, solusinya harus naik kuda dengan biaya Rp150.000 pulang pergi, daripada kaki protokol di jalan," kata pemilik sebuah warung di tempat pemberhentian Jeep Hartop, yang khusus untuk mengangkut wisatawan di Desa Ngadisari, batas akhir kendaraan pribadi sebelum pindah ke Hartop sebagai jasa transportasi yang disediakan oleh penduduk.
Tapi kalau tidak mau repot dan mengeluarkan biaya untuk naik kuda, bisa melihat matahari terbit dari atas rumah penjual makanan dan minuman yang memang disediakan untuk para pembeli. Syaratnya harus beli makanan untuk sarapan pagi di warungnya. Dan strategi ini cucup berhasil. Warungnya dipenuhi pembeli yang ingin melihat sunrise
Mengingat TNBTS belum dibuka, wisatawan tidak dikenakan pungutan apa pun. Biasanya wisatawan domestik dikenakan retribusi daerah sebesar Rp11.000 dan TNBTS Rp 29.000 untuk hari biasa. Sabtu dan Minggu Rp 34 ribu. Sedang untuk Wisatawan Mancanegara, retribusinya Rp317.500.
Warga Terdampak
Ditutupnya TNBTS berdampak pada perekonomian warga yang bergantung pada kunjungan wisata. Kalau tidak ada tamu yang datang, otomatis dagangan mereka sepi dan sopir mobil jasa angkut tamu menganggur. Sementara kebutuhan sehari-hari terus berjalan.
Sebab itu, masyarakat di kawasan Taman Nasional TNBTS mengimbau pemerintah agar segera membuka kembali Daerah wisata Taman Nasional Bromo. Sejak ditutupnya kembali Bromo pada pertengahan Oktober 2021, perekonomian masyarakat menjadi lesu.
Salah seorang penyedia mobil yang biasa dipanggil Warto Bromo mengatakan, mobil khusus untuk melayani tamu ke Bromo dari Cemoro Sewu - Ngadirejo hingga Ngadisari berjumlah sekitar 450 unit.
"Sejak TNBTS ditutup, kami semua kelimpungan karena andalan wisatawan domestik maupun mancanegara," kata Warto di Ngadisari, Minggu, 24 Oktober 2021.
"Biasanya hari Sabtu dan Minggu yang berkunjung ke TNBTS cukup banyak. Tapi sejak pandemi Covid-19 sepi," tutupnya.