Menteri Basuki Sebut Pekerja Korban Penembakan Bukanlah Tentara
Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Basuki Hadimuljono, menegaskan bahwa belasan pegawai konstruksi yang menjadi korban penyerangan Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) di Nduga, Papua beberapa waktu lalu, adalah pekerja yang berasal dari warga sipil biasa.
Hal itu, membantah tudingan dari KKB yang menyebut bahwa para pekerja yang membangun Trans Papua dan sejumlah jembatan di Papua adalah personil TNI. Bahkan, kata Basuki, salah seorang pekerja yang menjadi korban adalah orang Kementerian PUPR.
"Bukan, ada satu orang PU yang namanya Nainggolan, yang dibawa ke Silangit, itu orang PU, jadi bukan orang tentara itu, mereka (KKB) klaim nggak betul," kata Basuki, usai menghadiri MeFest, di Sutos Surabaya, Sabtu, 8 Desember 2018.
Basuki mencatat, data terbaru setidaknya ada 19 orang pekerja konstruksi yang menjadi korban dalam insiden penembakan KKB tersebut, sebagian besar di antaranya tercatat sebagai pegawai PT Istaka Karya.
"Yang 19 itu orang PT Istata Karya dan orang PU, Semua banyak orang dari Sulauwesi Selatan, yang dua dari Sumatera Utara, yang satu dari PU," kata Basuki.
Ia juga membantah tudingan KKB bahwa yang menjadi korban tersebut adalah anggota Zeni TNI AD. Basuki menjelaskan bahwa dalam pembangunan Tans Papua pihaknya memang bekerja sama dengan Zeni, namun itu hanyalah di tahap awal.
Tugas Zeni dalam pembangunan ini adalah membuat jalur awal. Atau sebelum jalur jalan itu terbentuk, Zeni melakukan tahap perintisan, yang nantinya akan dilanjutkan oleh PUPR.
Ia menyebut pembangunan Trans Papua kini memasuki tahap pengerjaan yang sudah mencapai 70 persen. Pembangunan itu pun, kata Basuki, harus dilakukan oleh pekerja konstruksi profesional.
"Bukan, bukan, yang ini kemarin bukan, saya yakin bukan, karena itu orang yang membangun jembatan, Kalau kita bekerja sama dengan Zeni pada saat membuka jalan, tapi setelah terbuka, badan jalan ada, baru PU masuk untuk pengaspalan dan jembatan, bukan Zeni," kata Basuki.
Dengan insiden ini, Basuki mengatakan pembangunan Trans Papua harus tetap berlanjut hingga seluruhnya rampung. Ia tak ingin hanya karena segelintir orang yang tak setuju dengan pembangunan ini, pembangunan Papua jadi terhenti.
"Pembangunan Papua tidak boleh berhenti. Ini perjuangan untuk keadilan masyarakat Papua," kata dia.
Basuki menambahkan, pembangunan itu akan dilanjutkan dalam waktu satu dua minggu ke depan. Pihaknya saat ini tengah menunggu proses evakuasi seluruh korban yang tengah ditangani oleh aparat gabungan TNI dan Polri.
"Begitu ini selesai semua, satu dua minggu, lanjut, setekah ada rekomendasi dari Panglima Kodam oleh Kapolda setempat, pasti akan kita lanjutkan," kata dia.
Ia menyebut, tak ada ketakutan sedikit pun yang dialami oihaknya untuk melanjutkan pembangunan Trans Papua nanti. Sekalipun harus dilakukan di wilayah 'merah' di kawasan pegunungan tengah Wamena Papua.
"Ya hanya ini, di Wamena pegunungan tengah ini yang daerah merah, tapi bukan berarti daerah merah ini kita gak berani maju, pasti ada pengawalan dari aparat pengamanan," kata dia.
Pemerintah kini, sedang dalam proses perampungan proyek Trans Papua sepanjang 3.500 kilometer. Tak hamya itu, Kementerian PUPR juga melakukan pembangunan 35 jembatan dan pembangunan perumahan di Papua sana. (frd)
Advertisement