Mentan Beberkan Cara Kerja Kalung Antivirus Corona
Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo memperkenalkan produk kalung antivirus corona yang dikembangkan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pertanian (Kementan), Minggu 5 Juli 2020.
Kalung berwarna hijau dan bertuliskan Antivirus Corona ini mengangdung tanaman Atsiri atau eucalyptus, yakni kayu putih. Dari hasil lab, kalung ini bisa mematikan virus corona.
Hasil uji lab, menurut Mentan Syahrul, bisa membunuh virus corona dengan waktu pemakaian tertentu.
“Ini sudah dicoba. Jadi ini bisa membunuh, kalau kontak 15 menit dia bisa membunuh 42% dari corona. Kalau dia 30 menit maka dia bisa 80%," jelasnya.
Sepintas memang tidak ada yang spesial dari kalung anti corona tersebut. Namun jajaran Kementan kompak mengenakan kalung eucalyptus.
Aroma eucalyptus tercium sangat kuat. Aroma tersebut keluar dari enam buah lubang kecil yang keluar dari isi di dalamnya.
Kepala Badan Litbang Pertanian Fadjry Djufry mengatakan, dalam pengembangan dan uji lab Balitbang Kementan, minyak atsiri eucalyptus citridora bisa menjadi antivirus terhadap virus avian influenza (flu burung) subtipe H5N1, gammacorona virus, dan betacoronavirus.
"Penemuan tersebut disimpulkan melalui uji molecular docking dan uji in vitro di Laboratorium Balitbangtan. Di mana laboratorium tempat penelitian eucalyptus telah mengantongi sertifikat level keselamatan biologi atau biosavety level 3 (BSL 3) milik Balai Besar Penelitian Veteriner," terang Fadjry Djufry.
Setelah diuji, lanjutnya, Eucalyptus sp bisa membunuh 80%-100% virus mulai dari avian influenza hingga virus corona.
Dalam berbagai studi dikatakan, obat ini hanya cukup 5-15 menit diinhalasi akan efektif bekerja sampai ke alveolus. Artinya dengan konsentrasi 1% saja sudah cukup membunuh virus 80-100%.
"Bahan aktif utamanya, terdapat pada cineol-1,8 yang memiliki manfaat sebagai antimikroba dan antivirus melalui mekanisme M pro. M pro adalah main protease (3CLPro) dari virus corona yang menjadi target potensial dalam penghambatan replikasi virus corona," sambung Fadjry Djufry.
"Minyak eucalyptus ini juga sudah turun menurun digunakan orang dan sampai sekarang tidak ada masalah, sudah puluhan tahun lalu orang mengenal eucalyptus atau minyak kayu putih, meskipun berbeda sebenarnya, tetapi masih satu famili hanya beda genus di taksonomi,” tutupnya.
Advertisement