Mensyukuri Indra Mata dan Telinga, Ternyata Ini Maksudnya
“Bersyukur bagi setiap mukmin merupakan hal yang gampang bila diucapkan, tapi susah dalam pelaksanaan. Namun, ada ganjalan bagi saya ustadz. Karena itu, saya mohon dijelaskan soal mensyukuri indra mata dan telinga. Hal ini tak jarang juga dialami teman-teman saya”.
Demikian pengakuan Irwanto Ahmad, warga Keputran Surabaya pada ngopibareng.id. Menanggapi hal itu, berikut penjelasan KH Masyhudi Muchtar, Pengasuh Pesantren Darul Hikam Sidoarjo.
Segala karunia dari Allah haruslah disyukuri. Setiap tarikan dan embusan napas wajib kita syukuri. Ketajaman akal adalah karunia besar yang tak pantas kufuri. Dua kaki yang bisa melangkah –bahkan berlari ke sana kemari– adalah nikmat yang wajib kita syukuri.
Saat kedua tangan bisa menulis sederet kata di mefsos, itupun karunia besar yang tak patut dikufuri.
Andai semua nikmat dari Allah harus dituliskan, pastilah tak cukup air laut menjadi tintanya. Tak sanggup semua media menampung semua tulisannya. Karena itulah Allah berfirman,
وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَةَ اللَّهِ لَا تُحْصُوهَا إِنَّ اللَّهَ لَغَفُورٌ رَحِيمٌ
“Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Q.S. an-Nahl: 18)
Dalam ayat lain Allah berfirman,
وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَةَ اللَّهِ لَا تُحْصُوهَا إِنَّ الْإِنْسَانَ لَظَلُومٌ كَفَّارٌ
”Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah).” (Q.S. Ibrahim: 34)
Di antara nikmat yang kerap kita abaikan kesyukurannya adalah mata dan telinga.
سئل أبو حازم: ما شكر العينين؟ قال: إذا رأيت بهما خيراً أذعته. وإذا رأيت بهما شراً سترته وسئل: ما شكر الأذنين؟ قال: إذا سمعت بهما خيراً حفظته. وإذا سمعت بهما شراً نسيته
Suatu hari al-Imam Abu Hazim (Salamah bin Dinar) ditanya, “Bagaimana cara mensyukuri kedua mata?”
Beliau menjawab, “Apabila melihat kebaikan maka kamu menyebarkannya. Dan bila melihat kejelekan maka kamu menutupinya.”
Beliau ditanya lagi, “Lalu bagaimana cara mensyukuri kedua telinga?”
Beliau menjawab, “Apabila mendengar kebaikan maka kamu mengingatnya. Dan bila mendengar keburukan maka kamu melupakannya.”
Jawaban al-Imam Abu Hazim pastilah membuat kita meraba diri (muhasabah), jangan-jangan selama ini kedua mata dan telinga telah kita kufuri. Entah berapa puluh juta kali kedua mata dan telinga ini saya karibkan dengan kejelekan.
Begitulah, memang tidak banyak manusia yang mau bersyukur. Allah Swt telah berfirman,
وَقَلِيلٌ مِنْ عِبَادِيَ الشَّكُورُ
”Sangat sedikit sekali di antara hamba-Ku yang mau bersyukur.” (Q.S. Saba’: 13)
Semoga kita termasuk golongan yang sedikit itu.
اَللّهُمَّ اجْعَلْنِيْ مِنْ عِبَادِكَ الْقَلِيْلِ
“Ya Allah, jadikanlah aku bagian dari hamba-hamba-Mu yang sedikit.” Demikian wallahu a’lam. (adi)