Mensos Imbau Warga Tidak Ribut Soal Data Bansos
Bantuan paket sembako dari pemerintah yang disalurkan Kemensos berbuntut keributan di beberapa daerah. Bantuan tersebut banyak yang jatuh kepada orang kaya, yang punya mobil dan rumah gedongan.
Warga mempertanyakan data yang dipakai Kemensos. "Masak orang kaya punya mobil bagus rumah gedong dapat bansos. Saya yang miskin malah gak dapat," kata Sumiati warga Kebun Jeruk.
Menteri Sosial Juliari P. Batubara mengimbau agar warga tidak mempersoalkan masalah data dan mengajak warga bergotong royong dalam hal distribusi sembako. Hal ini sejalan dengan arahan Presiden Joko Widodo agar bahu membahu melawan covid-19.
"Kita gak usah ribut-ribut soal data, semuanya bisa diselesaikan secara kekeluargaan, secara gotong royong, kita ini masyarakat yang karakternya gotong royong," katanya saat meninjau proses distribusi sembako di Kelurahan Bidara Cina, Kecamatan Jatinegara, Jakarta Timur, Sabtu, 2 Mei 2020.
Mensos mengatakan semua warga mendapatkan bantuan sembako dari pemerintah secara merata.
"Jadi, saya sampaikan kepada warga atau keluarga yang sudah menerima bansos dari pemprov atau dari siapapun, sebaiknya tidak diberikan lagi, tapi diinformasikan, dan diberikan kepada keluarga lain yang belum menerima sembako," katanya.
Hal tersebut lantaran adanya keterbatasan jumlah bantuan, mengingat tidak semua warga di wilayah DKI Jakarta bisa diberikan sembako.
"Tidak mungkin semua kita berikan, tadi bisa dilihat sendiri. Dari RT/RW menyanggupi agar diatur dengan rapi, sehingga tidak ada lagi yang merasa dirugikan, yang merasa tidak dipedulikan," katanya.
Kementerian Sosial menyalurkan bantuan sembako kepada 1,3 juta keluarga di DKI Jakarta dan 600 ribu keluarga di Bodetabek dengan nilai bantuan Rp600 ribu per bulan selama tiga bulan mulai April hingga Juni.