Mensesneg Ungkapkan Mimpi-mimpinya soal Birokrasi
YOGYA – Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) Pratikno menegaskan sumberdaya atau aset baru yang paling mahal di dunia saat ini bukan lagi minyak tetapi data. Barangsiapa yang menguasai data, ia akan menguasai dunia. Oleh karena itu, profesi di pemerintahan tidak harus menjadi birokrat. Ia bisa saja seseorang yang memiliki kemampuan untuk menguasai dan mengolah data.
Mensesneg Pratikno menyampaikan hal tersebut dalam Seminar Nasional Peluang dan Tantangan Pemerintahan di Era Disrupsi; Teropong Akademisi dan Praktisi. Seminar dalam rangka Reuni Depolpe yang berlangsung di Auditorium Perpustakaan Mandiri Lt 4 Kampus Fisipol ini digelar oleh Departemen Politik Pemerintahan (DPP) Fisipol UGM, Jumat (14/12). Depolpe merupakan singkatan untuk Departemen Politik Pemerintahan yang dipopulerkan alumninya.
Menurut Pratikno, banyak aspek kehidupan yang telahberubah. Baik di birokrasi pemerintahan maupun sektor swasta. Perubahan yang berdasar pada penguasaan data. Mantan Rektor UGM ini mencontohkan bagaimana penguasaan data bisa dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan. Meningkatkan pelayanan, mengurangi beban pekerjaan, mempercepat proses dan sebagainya.
Pratikno mencontohkan yang terjadi di Sekretariat Negara (Setneg). Ia membuat sistem informasi yang memungkinkan seseorang mendapat pelayanan yang cepat namun mengurangi beban pekerjaan pegawai di Setneg. Misalnya dalam urusan Surat Pejalanan Dinas ke Luar Negeri. Dengan sistem informasi yang dibuat Setneg, kini pemohon yang “melayani dirinya sendiri.”
“Biarkan pemilik surat yang mengupload dalam bentuk digital. Mereka ngetik di form, kemudian attachment-nya nge-attach sendiri. Kemudian kirim. Ketika dikirim itu, Artificial Intelligence (AI) akan mengecek, form-nya sudah diisi semua belum, apa form-nya sudah lengkap belum. Tanpa sentuhan manusia sama sekali,” urai Pratikno.
Dengan big data yang dimiliki, informasi permohonan ke luar negeri itu kemudian bisa dilacak oleh AI. Akan diketahui, orangnya sudah pernah ke luar negeri belum. Atau kalaui sudah, ke mana saja. “Langsung kelihatan rekomendasinya. Oo...ini layak pergi. Oo...ini perlu cek lagi. Semuanya mesin. Ini akan men-downsizing pekerjaan banyak sekali,” papar mantan Dekan Fisipol UGM ini.
Pratikno pun lantas mengungkapkan mimpi-mimpinya perihal birokrasi masa depan. “Ke depan, kalau bisa, manusia itu lebih santai. Ngapain harus kerja delapan jam, kalau bisa empat jam? Bisa bekerja saat bersama keluarga. Ngapain kita harus membedakan bekerja dengan cuti liburan, ketika cuti liburan pun kita bisa bekerja?” ungkap pria kelahiran Bojonegoro ini.
Dengan kondisi seperti itu, Pratikno yakin quality of life kita akan meningkat luar biasa. Kebersamaan dengan keluarga bisa terjaga, pekerjaan selesai dengan sempurna, pikiran pun tidak mendapat banyak beban. “Mimpi saya ke depan, tidak ada pembedaan antara working dan leisure (bekerja dan liburan),” lanjut Pratikno.
Saat menyampaikan soal working and leisure ini, paparan presentasi di layar memperlihatkan tayangan Future Office 4.0 dengan tulisan We Can Work Form Anywhere, Anytime. Dengan ilustrasi orang-orang yang bekerja dengan hepi bersama keluarga, di tempat liburan, di kafe dan sebagainya.
Secara khusus, Pratikno juga berpesan kepada Dekan Fisipol Erwan Agus Purwanto. “Untuk Pak Dekan, sudah saatnya tidak ada perbedaan antara kuliah dan jalan-jalan. Mengajari mahasiswa tidak harus membuat mahasiswa menderita. Sudah nggak zamannya lagi,” katanya disambut gerrr hadirin.
“Tolong Pak Dekan pelajari orang yang namanya Ricardo Semler. Dia punya konsep company without group. Adik-adik CPNS (yang di Setneg), juga saya minta untuk belajar itu,” tandas Pratikno. Dekan Fisipol Erwan AP tampak manggut-manggut.
Sebelum Mensesneg Pratikno menyampaikan keynote-nya, Erwan AP mengatakan setiap kedatangan Mensesneg ke kampus selalu mendapat update ilmu baru. Maka, Erwan Agus Purwanto siap mendengarkan dengan takzim semua paparan Mensesneg Pratikno selama seminar tersebut. Dan itu dilakukanya hingga acara selesai. (erwan w)