Ciptakan Kuliah Online di Wilayah Terjauh, Ini Tantangan PT
Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir menantang perguruan tinggi di Sumatera Selatan, Lampung, Bengkulu, dan Bangka Belitung. Dengan memastikan mahasiswa dari kota dan kabupaten terjauh dari ibukota provinsi dapat menuntut pendidikan tinggi.
Menristekdikti mencontohkan mayoritas pemuda di Kota Pagaralam yang berjarak 294 kilometer dari Kota Palembang harus bisa berkuliah.
"Berapa kilometer dari Palembang ke Pagaralam lewat perjalanan darat? Tujuh setengah jam? Lima jam? Sekarang pertanyaannya berapa orang yang kuliah dari Pagaralam ke perguruan tinggi?" ungkap Menteri Nasir saat memberikan arahan pada Rapat Kerja Pimpinan PTS dalam Lingkungan LLDikti Wilayah II (Sumatera Selatan, Lampung Bengkulu, Bangka Belitung) yang diselenggarakan di Hotel Grand Mercure Yogyakarta, Selasa 19 Maret 2019.
Nasir menyampaikan Indonesia yang saat ini memiliki Angka Partisipasi Kasar (APK) Pendidikan Tinggi sebesar 34,58 persen belum memberikan kesempatan yang adil bagi pemuda yang hidup di kota atau kabupaten yang jauh dari perguruan tinggi, sehingga perguruan tinggi perlu mengembangkan Program Studi Jarak Jauh (PJJ).
"Di sana pasti lebih susah untuk kuliah. Bagaimana mereka bisa kuliah, padahal mereka sudah kerja atau putus kuliah. Ini adalah pasar kita, kita bisa bidik. Tidak usah mereka datang ke Palembang. Cukup dia pakai pendidikan jarak jauh," harap Menteri Nasir di hadapan 230 pimpinan perguruan tinggi swasta (PTS) dari LLDikti Wilayah II tersebut.
Nasir menyampaikan perguruan tinggi dapat mengembangkan perkuliahan online secara bertahap sebelum sepenuhnya membuka PJJ dengan izin Kemenristekdikti.
"Kalau mungkin tidak bisa 100 persen online. Mungkin bisa 50 persen online, 50 persen face to face, atau yang kita sebut blended learning. Nanti kalau blended learning sudah cukup, bagaimana ini meningkat (semua) online," papar Nasir.
Nasir menyatakan perjuangan pemerintah untuk memperkuliahkan para pemuda masih jauh dari harapan, dimana masih baru 34,58 persen pemuda berkuliah, walaupun jumlah ini meningkat dari 29,42 persen pemuda berkuliah pada awal pemerintahan Presiden Joko Widodo.
"Masa empat tahun ini Indonesia telah mencapai 34,58 persen. Mudah-mudahan AKP Indonesia bisa mencapai di angka 36 persen, walaupun target nasional di angka 34 kita sudah melebihi," harap Nasir.
Dalam kesempatan yang sama, Kepala Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDikti) Wilayah II (Sumatera Selatan, Lampung, Bengkulu, Bangka Belitung) Slamet Widodo menyampaikan LLDikti Wilayah II kini berfokus pada pemerataan akreditasi program studi menjadi minimal B di seluruh Sumatera Selatan, Lampung Bengkulu, dan Bangka Belitung.
"Akreditasi yang kedaluarsa ini mudah-mudahan tidak ada. Yang C saya targetkan di 2019 di Wilayah II tidak ada akreditasi C lagi. Di samping itu kita juga menjalankan tugas, visi, misi dari Kemenristekdikti lainnya," ungkap Kepala LLDikti Wilayah II Slamet Widodo.
Slamet sengaja mengajak sekitar 230 pimpinan PTS di Sumatera bagian selatan untuk mengadakat rapat di Kota Yogyakarta agar mereka dapat melihat langsung beberapa perguruan tinggi swasta yang berkembang pesat di Yogyakarta, termasuk Universitas Amikom Yogyakarta.
Di universitas tersebut, civitasnya berhasil memproduksi film animasi "November 10th (Battle Of Surabaya)". Juga di Universitas Ahmad Dahlan yang menurut Slamet per tahun dapat menambah 6 ribu mahasiswa baru berkat manajemen keuangan yang baik dan pembangunan gedung baru. (asm)