Mentransformasi Damar Kurung, Gapura, dan Pudak dalam Motif Batik
Tidak memiliki tradisi membatik bukan berarti tidak ada produksi batik. Kabupaten Gresik contohnya. Karena tidak memiliki tradisi itu maka pemerintah daerah secara masif mengupayakan batik dengan serangkain pembelajaran dan pelatihan. Upaya itu ternyata efektif dan akhirnya Gresik berhasil berhasil membuat kantong-kantong produksi batik.
_______________
Haji Ilham, 58 tahun, warga Desa Cerme Lor RT 02 RW 07, Kecamatan Cerme, Kabupaten Gresik adalah salah satu “alumni” pelatihan membatik yang diintensifkan Pemerintah Kabupaten Gresik melalui Dinas Koperasi dan Perindustrian. Haji Ilham yang semula tidak mengerti batik kini tidak saja mampu berproduksi batik tetapi sekaligus mencipta desain dan terlibat dalam langsung dalam pemberdayaan batik di berbagai daerah di Provinsi Jawa Timur.
Setelah jadi pemberdaya batik, Ilham pun menuturkan, dia aslinya nol soal batik. Sama sekali tidak mengerti batik. Menjelang pensiun dari PNS, Ilham berkesempatan mengikuti pelatihan batik di Klinik UMKM Dinas Koperasi Provinsi Jawa Timur di Jalan Raya Juanda Surabaya. Pelatihan itu terjadi tahun 2009 silam. Selama seminggu berlatih membatik.
Mengerti sedikit soal batik, di kampungnya di Cerme ndilalah ada pelatihan serupa dari Kementerian Pendidikan. Pelatihan itu selama 30 hari. Tanpa piker panjang dia pun ikut jadi peserta. Peserta yang sangat aktif.
Merasa asyik dengan pengetahuan batik, muncul lagi pelatihan batik dari Jogjakarta oleh Pemkab Gresik. Setelah itu muncul cintanya yang menjadi kepada batik.
Sejak itu pula Haji Ilham bertekat akan membatik untuk kemajuan sendiri maupun kelompoknya sesama angkatan pelatihan batik. Maka, saking seringnya mendapat pelatihan batik, akhirnya kampungnya di Cerme menjadi jujugan pelatihan batik.
Bagi Ilham ini adalah sebuah keberuntungan. Sebab ia bisa mengorganisir warga dan tetangga untuk ikut menekuni batik. Bisa untuk lapangan kerja baru bagi mereka atau hanya sekadar mendapatkan tambahan penghasilan disamping pekerjaan yang sudah dimiliki.
Dari pelatihan-pelatihan tersebut, Ilham memiliki 50 orang pembatik dalam kelompoknya. Kelompok ini memang belum mengorganisasi diri, masih berupa seperti paguyuban dan belum ditinggkatkan menjadi yang lebih profesional. Seperti dalam wadah asosiasi atau koperasi pembatik.
“Namun kedepan kami akan mewujudkannya dalam bentuk asosiasi atau koperasi. Sebab kami juga menyadari manfaat besar jika mengorganisasi diri. Apalagi terkait bakan baku maupun pemasaran,” kata Ilham.
Tahun 2009 fokus belajar batik, tahun 2010 Haji Ilham sudah berproduksi dengan branding Batik Pitutur. Tiga orang di antara kelompoknya juga berproduksi sendiri dengan brand batik Sundari dan Latanza. Uniknya, saat berproduksi mereka mengerjakannya secara bersama-sama di tempat pelatihan Haji Ilmam.
“Kita ini komunitas yang rukun, jadi soal produksi dan rejeki tidak ada masalah. Kita juga mengajar/melatih pembatik ke berbagai kota juga secara bersama-sama,” kata Abdul Hadi yang menggunakan brand Batik Sundari untuk produknya.
Untuk perekat komunitas, secara bersama-sama, Haji Ilmam mengembangkan motif batik Damar Kurung dalam batiknya. Damar Kurung legendaris di Gresik dengan senimannya yang sangat terkenal yaitu Mbah Masmundari. Gambar-bambar yang diciptakan Masmundari kemudian ditrasformasikan dalam desain-desain batik.
Seiring dengan program Pemkab Gresik yang menginginkan terdapat ciri khas Batik Gresik, beberapa ikon Gresik ditorehkan mendampingi motif Damar Kurung. Di antaranya memasukkan unsur religi yaitu gapura Makam Sunan Malik Ibrahim. Yang paling khas dan tidak ada di wilayah lain adalah motif makan tradisional yaitu Pudak.
Batik Gresik yang relatif baru muncul dipermukaan cukup gencar digandeng Dinas Koperasi dan UMKM baik provinsi mau daerah. Beragam ajang pameran di regional maupun nasional digendong sedemikian rupa agar Batik Gresik mampu sejajar dengan wilayah lain yang memang sebelumnya sudah memiliki tradisi membatik.
Upaya ini tampaknya juga efektif, buktinya Batik Pitutur, Batik Sundari, dan yang lainnya tak pernah sepi order. Order seragam batik maupun perorangan. Haji Ilham juga mengaku rata-rata per minggu mampu mengantungi omset tak kurang dari Rp25 juta. Artinya batik Gresik mulai hidup di sudah dicari dipasaran batik. (widikamidi)