Menpar Ungkap Win Way Triple-Triple Growth di Diaspora Banyuwangi
Menteri Pariwisata Arief Yahya membuktikan kapasitasnya sebagai ahli strategic marketing. Di momen #PesonaMudik2018 sekalipun, dia tak segan berbagi ilmu untuk memajukan pariwisata di Banyuwangi.
“People to people connection itu jauh lebih kuat dan dahsyat dibandingkan business relation. Silaturahim diaspora setahun sekali dan bertepatan dengan momentum halal bi halal dan Lebaran. Ini sarana yang baik untuk memperkuat jalinan hubungan personal atau people to people connection,” papar Menteri Pariwisata Arief Yahya, Minggu (17/6).
Sekitar 500 tamu undangan yang mengikuti Diaspora Banyuwangi dibuat terpesona. Semua dibuat senyap. Dari mulai Anggota DPR RI Nikhayah, Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas, Ketua DPRD Banyuwangi I Made Cahyana Negara, Kepala Bea Cukai Hongkong Imik Eko Saputro, Anggota Dewan Komisioner OJK Ahmad Hidayat, Ketua HIPMI Jawa Timur Mufti Anam hingga artis yang juga Duta Pariwisata Banyuwangi Fitri Carlina, semua dibuat terpukau. Semua tertegun mendengar sambutan Menpar yang disampaikan di Pendopo Sabha Swagata, Blambangan itu.
Yang pertama, ada progress yang sangat wow dari pariwisata Banyuwangi. Daerah yang dulunya dikenal sebagai kawasan yang serem, gudangnya dukun santet, kini sudah bertransformasi menjadi kawasan pariwisata yang sangat oke.
Ada Pantai Plengkung, Kawah Ijen, The Seven Giant Waves Wonder, Pantai Pulau Merah, Pantai Watu Dodol, Teluk Hijau sampai Pantai Rajegwesi. Semuanya kelas dunia.
Grafik kunjungan wisatanya pun tercatat dengan baik. Sejak 2014, Banyuwangi sudah mencatat prestasi Triple Triple Growth.
Atraksinya melesat cepat. Dari 23 event menjadi 77 event setahun. “Itu sebabnya Banyuwangi dinobatkan sebagai kota festival terbaik nasional. Sudah ada SK-nya,” papar Menpar yang disambut applause dari tamu yang hadir.
Banyaknya Calendar of Event tadi langsung diikuti dengan pengembangan aksesibilitas. Dari tak ada penerbangan bolak balik Jakarta- Banyuwangi menjadi tiga Airlines : NAM Air, Garuda Indonesia, dan Citilink, semuanya sudah rajin bolak balik Soekarno Hatta-Blimbingsari. “Dan semuanya saya ikut Inaugural Flight-nya,” ucapnya.
Pengguna transportasi udaranya jangan ditanya lagi. Angkanya meningkat jauh. Dari 88 ribu penumpang di 2014 menjadi 190 ribu penumpang di 2017. "Dan berdasarkan laporan dari Dirut AP 2 Awaluddin ketika saya rapat bersama Bupati Banyuwangi Azwar Anas, 13 Juni 2018 kemarin, tahun ini jumlah penumpang udara diperkirakan 300 ribu orang atau meningkat tiga kali dari tahun 2014," ujar Menpar.
Amenitasnya? Googling saja hotel berbintang di Banyuwangi. Ada Hotel El Royale, Sahid Osing Kemiren, dan Grand Harvest Resort. Semuanya keren-keren. “Saya juga turut meresmikan tiga hotel berbintang tadi tahun lalu. Dan tahun ini, bertambah Hotel Aston di Banyuwangi. Selamat!” ucapnya.
Arus wisatawannya juga sangat spektakuler. Untuk kabupaten kecil di ujung timur Pulau Jawa ini, angkanya terbilang cukup fantastis. Kunjungan wisnusnya melonjak dari 1,4 juta di 2014 menjadi 4,8 juta di 2017. Sementara kunjungan wisman dari 30 ribu di 2014 menjadi 100 ribu di 2017, yang angka terakhir ini sudah mencapai 1/3 wisman yang berkunjung di Provinsi Jawa Timur.
“Dan jangan lupa, tanggal 16 Juni 2017 ada triple achievement. Momennya tepat setahun yang lalu,” kenang Menpar.
Achievement pertama adalah momentum perdana pesawat bermesin jet mendarat di Banyuwangi. Maskapainya saat itu NAM Air.
Achievement kedua, momentum awal mula direct flight dari Ibukota ke Banyuwangi. Dan satunya lagi, peristiwa mendaratnya maskapai di Green Airport pertama di Indonesia. “Saya bersama Bupati Azwar Anas akan terus memperjuangkan rute baru,” paparnya.
Bidikan pun mengarah ke Bali. Dan maskapai yang berencana membuka rute Denpasar-Banyuwangi juga sudah ada. “Direncanakan NAM Air dengan pesawat ATR 72-600 berkapasitas 72 orang akan membuka rute Banyuwangi – Denpasar pada bulan Juli 2018. Terima kasih NAM Air dan Sriwijaya Group,” ujar Menpar.
Lantaran bandaranya sudah cukup mumpuni, Blmbingsari pun ikut diberi peran besar dalam menyambut Annual Meeting IMF-WB 2018. Skenarionya, Bandara Blimbingsari disiapkan untuk mendukung Indonesia dan Bali dalam mengsukseskan event Annual Meeting IMF-WB 2018. “Dukungan pengembangan Bandara Banyuwangi dari Angkasa Pura 2 tahun ini senilai Rp 300 miliar! Terima kasih AP 2,” papar Menpar.
Di tengah suasana on the track tadi, Menpar juga tak lupa menyisipkan tips untuk membangun pariwisata Banyuwangi. “Di Kemenpar saya sudah menetapkan sebuah corporate culture yang saya beri nama WIN-Way atau Wonderful Indonesia Way! Jurus atau budaya kerja untuk memenangi kompetisi, yaitu dengan Solid, Speed, dan Smart (3S),” ungkapnya.
Solid untuk menegaskan agar sesama regulator itu harus kompak, bersatu, membangun Indonesia Incorporated. Jangan karena berbeda kepentingan, masing-masing pihak saling mengunci, saling memveto, saling bertengkar, yang membuat program tidak bisa running. “Banyuwangi bukan kota besar, karena itu harus Solid, kompak, bersatu dan bersemangat untuk maju. Musuh kita bukan kita, musuh kita adalah Malaysia, Thailand,” ucapnya.
Speed, dimaksudkan agar program itu berjalan dengan cepat. Aturan-aturan yang njelimet harus disederhanakan agar bisa bergerak lebih cepat.
Sementara Smart adalah cara bekerja yang cerdas. Yang terbaik adalah benchmark. Bandingkan diri sendiri, organisasi sendiri, dengan yang lain. Para pesaing, dan musuh atau rival kita sudah melakukan apa.
“Persaingan ke depan adalah siapa yang cepat memakan yang lambat. Bukan yang besar mengalahkan yang kecil. Jangan lupa berpikir mega. Buat sahabat, saudara, teman, diaspora Banyuwangi, ini sangat fundamental, dan filosofis. Kunci utama menjawab tantangan global adalah berpikir mega. Saya sering menyebut strategic thinking. Lebih banyak berorientasi pada kebutuhan bangsa dan negara, tidak hanya pada customer (makro, Red) dan company (mikro, Red) saja,” ungkapnya.