Menpar Promosikan Pariwisata Indonesia Saat Networking Lunch di Mumbai
Setelah direct flight Mumbai-Denpasar dibuka Garuda Indonesia, penguatan jaringan pariwisata di India pun dilakukan. Salah satunya melalui Networking Lunch yang dilakukan di Mumbai, Senin (23/4).
Networking Lunch diikuti Menteri Pariwisata Arief Yahya, Duta Besar Republik Indonesia untuk Republik India Sidharto Reza Suryodipuro, Konsul Jenderal Republik Indonesia di Mumbai Ade Sukendar, Presiden Direktur Garuda Indonesia Pahala N. Mansury, juga sejumlah travel agent.
Dalam sambutannya, Menteri Pariwisata Arief Yahya mengatakan pertumbuhan pariwisata Indonesia adalah yang tercepat di dunia. Hal tersebut berdasarkan survei yang dilakukan The Telegraph.
“Pariwisata Indonesia saat ini sedang mekar. Ini bukan pertumbuhan yang stabil. Tetapi cepat. The Telegraph mengakui Indonesia sebagai salah satu dari 20 industri pariwisata yang tumbuh paling cepat di dunia,” tuturnya.
Menurut Menpar, cepatnya pertumbuhan tersebut tidak terlepas dari regulasi yang diterapkan Kementerian Pariwisata. Terutama untuk meningkatkan kunjungan wisatawan.
“Sebagai regulator, kami telah bekerja sangat keras untuk meningkatkan daya saing Indonesia di bidang pariwisata. Caranya dengan memperbaiki peraturan. Salah satu terobosan terbesar yang kami buat adalah kebijakan gratis visa bagi pengunjung dari 169 negara, termasuk India. Dengan kebijakan ini, Anda dapat masuk ke Indonesia selama maksimum 30 hari hanya dengan membawa paspor Anda,” paparnya.
Kebijakan ini sudah banyak dimanfaatkan wisatawan asal India untuk datang ke Indonesia. Salah satunya aktor asal Mumbai, Aditya Raj Kapoor.
“Pada bulan Januari 2018, seorang aktor dan juga seorang penggemar sepeda motor dari Mumbai, Aditya Raj Kapoor, melakukan perjalanan melintasi Pulau Jawa dengan sepedanya sendiri. Dia berjalan untuk mencapai Pulau Bali. Aditya Raj Kapoor memanfaatkan kebijakan visa dengan baik dan dia sangat senang dan bersemangat untuk mengunjungi Indonesia,” tutur Menpar.
Dijelaskan Menpar, sejumlah regulasi memang mendapatkan perbaikan. Diantaranya adalah regulasi tentang maritim. Tujuannya, agar wisatawan bisa menikmati laut dan pulau-pulau Indonesia. Selain tentunya merangsang hadirnya kapal-kapal pesiar.
“Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia. Yang artinya, peraturan tentang maritim dan pelabuhan sangat penting. Untuk mendorong lebih banyak wisatawan menikmati laut dan pulau-pulau kami, kami menghapuskan Persetujuan Izin untuk kebijakan Teritorial Indonesia, sekaligus mengurangi persyaratan masuk untuk yacht ke perairan Indonesia. Selain itu, kebijakan cabotage waive diterapkan untuk kapal pesiar di 5 pelabuhan besar di Indonesia, sehingga kapal pesiar dapat embark dan dis-embark di 5 pelabuhan tersebut,” jelasnya.
Menteri asal Banyuwangi ini tidak lupa membahas 10 destinasi prioritas Kemenpar. “Saat ini, kami sedang mengembangkan 10 tujuan teratas di seluruh Indonesia. Diharapkan, di masa depan 10 tujuan itu dapat menyalin keberhasilan Bali sebagai tujuan kelas dunia,” katanya.
“Dengan menciptakan 10 Bali Baru ini, kita dapat memiliki lebih banyak pariwisata berkelanjutan, lebih banyak pilihan bagi wisatawan. Pengembangan tujuan terdiri dari pengembangan Objek Wisata, Akomodasi, & Aksesibilitas atau sebagaimana saya suka menyebutnya 3A,” sambungnya.
Namun, untuk meningkatkan destinasi dan infrastruktur, dibutuhkan banyak dana. Oleh karena itu, upaya deregulasi untuk menciptakan iklim investasi yang kondusif sangat diperlukan. “Dan pada kesempatan ini, saya dengan hangat mengundang dan menyambut semua investor untuk mengambil kesempatan dalam berinvestasi di sektor pariwisata Indonesia,” ajak Menpar.
Menurutnya, memiliki sejumlah besar potensi dan infrastruktur tidak berarti apa-apa jika tidak ada strategi untuk memasarkannya. “Itulah sebabnya Kementerian Pariwisata secara aktif mempromosikan pariwisata Indonesia dengan cara menjadi digital, lebih global, lebih personal dan lebih profesional,” katanya.
Salah satu pasar promosi Kementerian Pariwisata adalah India. Terlebih, jalur udara Indonesia-India sudah dilayani penerbangan langsung oleh Garuda Indonesia.
“Mengapa kami menempatkan India pada daftar prioritas utama kami? Hal ini disebabkan oleh fakta bahwa ada potensi besar di pasar ini untuk pariwisata Indonesia. Pada tahun 2017, ada sekitar 485.000 orang India mengunjungi Indonesia, yang tercatat sebagai peningkatan tahun-ke-tahun terbesar kedua (sekitar 30%) setelah China (sekitar 40%),” katanya.
Dalam hal ukuran atau volume, pengunjung India ke Indonesia ditargetkan untuk menyalip jumlah pengunjung Jepang dan Korea. Bahkan, data terbaru dari Januari - Februari 2018 telah memvalidasi proyeksi di mana ada total 87.000 pengunjung India dibandingkan dengan 74.000 untuk Jepang dan 63.000 untuk Korea.
“Semua fakta ini menjadikan India sebagai salah satu pasar utama kami ke Indonesia selain China dan Eropa. Mempertimbangkan pentingnya pasar India, Kementerian Pariwisata antusias untuk membuka kerjasama dengan agen perjalanan / operator tur India untuk membawa lebih banyak orang India ke Indonesia,” katanya.
Menpar pun tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada Garuda Indonesia yang membuka direct flight Mumbai-Denpasar.
“Terima kasih banyak kepada Garuda Indonesia. Saya yakin rute ini benar-benar akan meningkatkan jumlah lalu lintas dari kedua negara, terutama untuk tujuan Kenyamanan dan Bisnis. Saya juga berharap peresmian rute ini turut memicu pembukaan rute lain di India. Seperti New Delhi, Chennai, Kolkata, dan Bengaluru, dengan tujuan di Indonesia, seperti Jakarta, Medan dan tentu saja Bali,” pungkasnya. (*)