Menpar Arief Yahya Tinjau Bandara Banyuwangi
Menpar Arief Yahya mudik ke kampung halamannya, Banyuwangi. Bersama keluarganya, orang nomor satu di Kementerian Pariwisata RI ini take of bersama NAM Air dari Soekarno Hatta Airport, Jakarta.
Tiba di Banyuwangi Menpar langsung sidak melihat aneka fasilitas bandara yang juga dipersiapkan untuk menjadi tuan rumah IMF World Bank Annual Meeting Oktober 2018, di Bali.
Bandara Banyuwangi dan Lombok International Airport bakal dipersiapkan bersama-sama Ngurah Rai Bali, menjadi akses udara di forum yang bakal dihadiri 15-18 ribu tokoh keuangan dunia itu. Keseriusan Menpar Arief Yahya itu semakin terasa, saat malamnya berdiskusi dengan Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas.
Pagi tadi, Menpar yang lulusan ITB Bandung, Surrey University UK, dan Lulus Doktor Unpad Bandung itu melanjutkan meeting di bandara Banyuwangi. Kali ini lebih lengkap, hadir pula Dirut PT Angkasa Pura II Muhammad Awaluddin, yang juga menjadi airport operator Bandara Banyuwangi.
Aksesibilitas udara Banyuwangi sejak bandara ini beroperasi memang semakin kelihatan. Jumlah peningkatan penumpang ke Banyuwangi cukup signifikan, tembus 1.000 orang per hari di mudik Lebaran 2018 ini. Atau naik 50 persen dibandingkan dengan tahun lalu.
"Peningkatan signifikan terlihat jelas, Selasa (12/6). Jumlah penumpang tercatat menyentuh angka 1.200 orang dalam sehari. Padahal belum masuk masa puncak mudik yang diperkirakan terjadi pada H-3 hingga H+3," kata Executive General Manager Bandara Banyuwangi Anton Marthalius, Rabu (13/6).
Anton menambahkan pihaknya telah melakukan berbagai persiapan untuk melayani penumpang di musim mudik Lebaran 2018. Mulai general checkup, pembuatan posko mudik, hingga sinergi dengan pihak terkait.
"Sebelumnya kami memang sudah melakukan estimasi moderat, (jumlah penumpang diperkirakan) sekitar 800 orang. Kemarin tanggal 9 (Juni), penumpang kita sudah 1.200 orang per hari," kata Anton.
Dengan torehan tersebut diperkirakan Bandara Banyuwangi akan melayani 18 ribu pada libur Lebaran tahun ini. Padahal bandara tersebut baru saja diresmikan pada tahun 2010.
Torehan positif tidak hanya dibukukan oleh peningkatan jumlah penumpang. Jumlah aktivitas pesawat di Bandara Banyuwangi juga terkatrol naik. Pergerakan pesawat di bandara ini meningkat dua kali lipat dibandingkan tahun lalu.
Pada 2017 Bandara Banyuwangi hanya melayani 8 pergerakan pesawat. Yang terdiri dari 4 pergerakan take off dan 4 pergerakan landing. Sedangkan pada tahun ini ada total 16 pergerakan pesawat, 8 pergerakan take off dan 8 landing.
"Jumlah itu sudah termasuk rute Surabaya-Banyuwangi dan Jakarta-Banyuwangi. Jadi sekarang kita ada 16 pergerakan pesawat. Kalau dibandingkan tahun 2017, hanya 8 pergerakan pesawat, jadi tahun ini kita doubel," tutur Anton.
Sementara Dirut PT Angkasa Pura II M Awaluddin, memprediksi Bandara Banyuwangi akan melayani 1.500 orang perhari pada puncak arus mudik tahun ini. “Dengan jumlah penumpang segitu, kami masih bisa handle dengan optimal,” kata Awaluddin.
Mendengar presentasi Dirut M Awaluddin itu Menteri Pariwisata Arief Yahya makin optimistis. Apalagi saat ini bandara hijau pertama di Indonesia tersebut dipersiapkan untuk menyambut gelaran IMF-World Bank Annual Meeting 2018 di Bali.
Menpar Arief makin yakin, Banyuwangi semakin siap menjadi destinasi berstandar internasional dengan dukungan dari aksesibilitas yang mumpuni. “Dulu saya menggunakan rumus pengembangan destinasi itu 3A, Atraksi, Akses, Amenitas! Sekarang, 50% ditentukan oleh CEO Commitment, sisanya baru 3A itu,” kata Arief Yahya.
Namun, buat Banyuwangi, komitmen bupatinya tidak perlu diragukan lagi. Banyuwangi bahkan dinobatkan oleh Menpar Arief Yahya sebagai Kota Festival. “Jadi kalau Banyuwangi diproyeksikan lebih tinggi lagi wisatawannya, sangat memungkinkan,” tuturnya.
M Awaluddin juga siap mengebut agar Bandara Banyuwangi ini segera berstatus bandara internasional. Sehingga bisa langsung melayani penerbangan direct flights dari mancanegara. “Salah satu keputusan rapat tadi di Banyuwangi, adalah percepatan menuju Banyuwangi menjadi international airport,” kata M Awaluddin.
Menpar Arief juga menambahkan kesiapan ini juga merupakan bukti komitmen kuat dari seluruh stakeholder. Kalau sudah bertemu momentum, jangan terbuang percuma, harus dimaksimalkan. Rumusnya 3S. Ada solid, speed, dan smart. Untuk mencapainya dibutuhkan kekompakan semua elemen.
Speed dibutuhkan untuk memenangkan persaingan ke depan. Sebab, kecepatan akan kalahkan pergerakan lambat. Lalu, smart berbasis digital.
“Konsep 3S ini harus dilakukan secara menyeluruh. Semua stakeholder harus solid, kompak, bersatu, dan bersemangat untuk maju. Untuk itu, perlu dilakukan percepatan agar Banyuwangi mendunia dan ini ditopang aspek digital. Digital penting agar semakin personal, profesional, dan global,” tutupnya. (*)