Menolak Punah karena Corona, Warga Jogjakarta Memang Istimewa
Warga Kota Jogjakarta memang istimewa. Mereka punya cara khas dalam menghadapi Pandemi Covid-19. Mereka bergerak serentak memutus mata rantai penyebaran virus secara mandiri.
Banyak desa melakukan lockdown lokal. Mereka menutup desanya dari orang luar. Membangun sistem sendiri untuk memenuhi kebutuhan masing-masing warga.
"Sejak H-2 lebaran, kampung kami sudah tertutup dari orang luar. Warga kampung juga tidak bisa keuar kalau tidak penting. Lokal lockdown ini berlangsung sampai H plus 2," kata Dr Budi Irawanto, warga desa Renjodani, Sleman, Jogjakarta.
Lockdown secara lokal ini diputuskan melalui rembuk warga desa. Tujuannya untuk membatasi orang luar masuk ke kawasan mereka. Operasional untuk melakukan lockdown desa ini juga hasil urunan warga.
"Langkah ini merupakan inisiatif pemuda-pemuda kampung. Mereka secara bergiliran melakukan patroli keliling kampung," tambah dosen Departemen Ilmu Komunikasi Fisipol UGM ini.
Disebutkan, untuk operasional selama lockdown lokal selama lebaran sampai Rp 10 juta. "Guyubnya warga di sini sangat terasa. Mereka melakukan gerakan bersama melawan Corona dengan sukarela," katanya.
Kewaspadaan terhadap Covid-19 ini tak hanya berlangsung jelang lebaran dan paska lebaran. Sejak awal pegebluk Corona, berbagai inisiatif warga kampung sudah bermunculan.
Langkah tersebut makin gencar setelah muncul cluster penyebaran Covid-19 di Indogrosir Jalan Magelang Jogjakarta. Padahal, Jarak cluster tersebut dengan kampung Renjodani hampir 10 kilometer.
Mereka mulai membatasi gerak warga keluar rumah. Kebutuhan sehari-hari dipenuhi melalui grup belanja warga. Namanya Bela-Beli Warga Renjodani. Warga belanja kebutuhan sehari-sehari tanpa harus pergi.
Warga juga menggerakkan media berbagi. Namanya Lumbung Renjodani. Caranya dengan membuat spot cantelan sembako. Semua warga bisa menaruh bahan-bahan sembako di cantelan itu.
"Satu kampung sini ada 4 spot cantelah sembako," kataya. Setiap warga bisa mencantelkan kelebihan barangnya bagi warga yang membutuhkan.
Warga bisa mencantelkan bawang merah, bawang putih, gula, beras, telur, mie instan dan sebagainya. Yang membutuhkan tinggal mengambil dicantelan tersebut.
"Yang membanggakan itu mereka tak bosan untuk saling membantu. Meski program itu sudah ada sejak lama, sampai sekarang masih tetap saja ada yang mencantelkan barang," tambah Budi.
Kadangkala, lanjutnya, ada yang siap untuk disantap seperti jus buah, roti, dan sebagainya. Bisa juga melakukan praktek seperti barter. Menukar barang yang dibutuhkan yg ada dicantelan dengan barang yang dimiliki karena kelebihan.
Gerakan inisiatif warga melawan Covid-19 di Jogjakarta ini berlangsung hampir merata di semua kampung. Mereka melawan punah oleh pandemi secara mandiri.
Rasanya apa yang dilakukan warga Jogjakarta ini patut ditiru warga daerah lainnya. Tanpa menunggu tindakan nyata pemerintah, warga bisa melawan punah dari pagebluk Corona.
Advertisement